Bisnis.com, JAKARTA — PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) membukukan laba bersih senilai Rp2 triliun sepanjang 2024 atau tumbuh 2,96% secara tahunan.
Berdasarkan laporan keuangan per akhir Desember 2024, emiten berkode saham INTP itu mencatatkan pendapatan neto sebesar Rp18,54 triliun. Jika dibandingkan dengan raihan 2023, jumlah itu meningkat 3,34% year-on-year (YoY).
Pendapatan INTP disokong oleh penjualan semen kepada pihak ketiga yang berkontribusi Rp16, 71 triliun, naik dibandingkan capaian 2023 yakni Rp16,19 triliun. Adapun penjualan beton siap pakai menyumbang Rp1,56 triliun juga tumbuh dibandingkan raihan 2023 senilai Rp1,36 triliun.
Selaras dengan naiknya pendapatan, beban pokok pendapatan INTP ikut terkerek 3,18% YoY menjadi Rp12,48 triliun. Alhasil, laba kotor perseroan tercatat mencapai Rp6,06 triliun atau tumbuh 3,68% secara tahunan.
Setelah diakumulasikan dengan pendapatan dan beban lain, INTP meraih laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp2 triliun. Laba bersih itu tumbuh 2,96% YoY dibandingkan raihan 2023 senilai Rp1,95 triliun. Laba per saham juga naik dari Rp568,41 menjadi Rp591,49.
Sepanjang tahun lalu, INTP mencatatkan total aset sebesar Rp30,42 triliun atau meningkat sebesar 2,60% YoY. Adapun liabilitas turun 4,31% YoY menjadi Rp8,30 triliun, sementara ekuitas mencapai Rp22,11 triliun atau meningkat 5,46% secara tahunan.
Baca Juga
Di sisi lain, arus kas setara kas pada akhir periode Desember 2024 tercatat sebesar Rp4,49 triliun atau melonjak 41,16% YoY dari posisi akhir 2023 yakni Rp3,18 triliun.
Sementara itu, dari sisi operasional, Indocement membukukan penjualan semen sebanyak 18,9 juta ton pada 2024. Pencapaian ini lebih tinggi 8,4% dibandingkan dengan realisasi penjualan pada tahun 2023.
Sebelumnya, Direktur Utama Indocement Tunggal Prakarsa Christian Kartawijaya menyatakan bahwa 2025 menjadi warsa yang cukup menantang bagi pabrikan semen di Indonesia.
Pasalnya, industri semen nasional masih mengalami oversupply ditambah dengan adanya langkah efisiensi anggaran infrastruktur yang ditempuh pemerintah.
Efisiensi anggaran infrastruktur tecermin dari pagu indikatif Kementerian Pekerjaan Umum (PU) pada 2025 yang ditetapkan menjadi Rp50,48 triliun. Jika dibandingkan pagu awal yang mencapai Rp110,95 triliun, jumlah ini susut Rp60,47 triliun.
Namun, Indocement tetap optimistis karena beberapa proyek infrastruktur masih berlanjut, seperti LRT, MRT, Jalan Tol Harbour Road, serta program pembangunan tiga juta, perbaikan sekolah, dan diskon PPN properti yang masih tersedia.
“Kami juga berharap adanya dampak dari penurunan suku bunga dapat menggerakkan sektor properti dan meningkatkan daya beli masyarakat,” tutur Christian kepada Bisnis, Minggu (23/2/2025).
Pada 2025, Indocement memproyeksikan pertumbuhan konsumsi semen domestik berada di kisaran 1%–3%. Perseroan pun berharap dapat tumbuh sejalan dengan estimasi tersebut, meskipun tantangan di industri semen Indonesia masih cukup besar.
Christian menyatakan bahwa untuk menghadapi tantangan di industri semen nasional pada tahun ini, INTP akan terus menjalankan strategi efisiensi dengan mengoperasikan pabrik-pabrik hemat biaya, baik dari segi produksi maupun logistik.
“Dengan demikian, produk-produk Indocement bisa terus menjadi produk yang kompetitif, terjamin ketersediaannya, dan dengan kualitas yang selalu kokoh dan terpercaya,” ucapnya.