Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas telah menunjukan kinerja peningkatan pada awal tahun ini. Harga emas pun diproyeksikan masih akan terus berkilau didorong oleh sejumlah faktor.
Pada perdagangan kemarin, Selasa (18/3/2025), harga emas global melanjutkan reli kuatnya setelah menembus level psikologis US$3.000 per ons dan mencetak rekor tertinggi di US$3.038 per ons.
Pada hari ini, Rabu (19/3/2025) pagi, harga emas global masih bertahan di kisaran US$3.028, menandakan potensi volatilitas lanjutan di pasar emas.
Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha mencatat pola candlestick dan indikator moving average mengindikasikan bahwa tren bullish harga emas masih dominan. Proyeksi teknikal menunjukkan bahwa emas berpotensi naik hingga level US$3.050 sebagai target resistance terdekat.
Namun, jika terjadi koreksi teknikal, harga dapat mengalami penurunan menuju level support di US$3.006 sebelum menentukan arah selanjutnya.
Di sisi fundamental, ketegangan geopolitik menjadi faktor utama yang mendorong permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven.
Konflik antara Israel dan Hamas kembali memanas setelah serangan udara Israel menewaskan lebih dari 400 orang di Gaza dan mengancam gencatan senjata yang telah berlangsung selama 2 bulan terakhir.
"Ketidakpastian ini meningkatkan minat investor terhadap emas sebagai perlindungan dari risiko global," kata Andy dalam keterangan tertulis pada Rabu (19/3/2025).
Selain faktor geopolitik, perkembangan ekonomi AS juga turut mempengaruhi pergerakan harga emas. Data terbaru menunjukkan bahwa produksi Industri AS naik 0,7% pada Februari 2025, jauh melampaui ekspektasi 0,2%.
Namun, sektor perumahan menunjukkan data yang beragam, dengan izin mendirikan bangunan turun 1,2% sementara perumahan baru melonjak 11,2%. Perbedaan data ini mencerminkan dinamika ekonomi yang kompleks di tengah ekspektasi kebijakan The Fed.
Pasar saat ini menantikan keputusan The Fed terkait suku bunga. Berdasarkan alat FedWatch CME, ada 66% kemungkinan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada Juni 2025.
Ekspektasi ini menyebabkan pelemahan pada dolar AS dan penurunan imbal hasil US treasury, yang pada akhirnya memberikan dorongan tambahan bagi harga emas.
"Dengan kombinasi faktor fundamental dan teknikal yang menguat, emas masih berpeluang mempertahankan tren kenaikannya dalam waktu dekat," tutur Andy.
Namun, investor harus tetap waspada terhadap potensi koreksi teknikal yang dapat terjadi sewaktu-waktu serta dampak dari berita ekonomi dan geopolitik global.
Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi memproyeksikan harga emas dunia pada April 2025 kemungkinan besar tembus US$3.050. Faktor pendorongnya yakni perang dagang semakin tak terhindarkan yang bisa menyebabkan pelambatan ekonomi.
Kondisi perang dagang juga bisa menyebabkan inflasi tinggi yang memengaruhi investor untuk kembali membeli safe haven.
Faktor lainnya adalah ketegangan geopolitik, yakni serangan Israel di Gaza. Serangan tersebut membuat kondisi Timur Tengah memanas.
"Ini mendorong harga emas naik pada April 2025. Alhasil, sampai akhir tahun ini bisa tembus US$3.150," kata Ibrahim dalam keterangannya.
Sementara itu, UBS Global Wealth Management telah merevisi naik proyeksi harga emas seiring dengan meningkatnya risiko perang dagang global yang berlarut-larut.
UBS memprediksi emas batangan akan diperdagangkan pada harga US$3.200 per ons dalam empat kuartal berikutnya, naik dari perkiraan tim sebelumnya yang telah lama dipegang sebesar US$3.000 per ons.
"Kenaikan tersebut karena konflik perdagangan yang meningkat menggarisbawahi peran logam mulia sebagai penyimpan nilai di masa yang tidak pasti," demikian kutipan laporan analis dari Kepala Kantor Investasi UBS Global Wealth Management, termasuk Wayne Gordon dan Giovanni Staunovo.