Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas kembali memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa karena kekhawatiran perang dagang global yang dipicu oleh ancaman tarif oleh Presiden AS Donald Trump. Sementara itu, harga batu bara dan CPO tercatat mengalami penurunan.
Melansir Reuters pada Jumat (21/2/2025), harga emas di pasar spot naik 0,1% menjadi US$2.936,38 per ounce setelah sempat mencapai US$2.954,69 per ounce, rekor tertinggi kesepuluh sepanjang tahun ini. Sementara itu, harga emas berjangka AS naik 0,7% pada US$2.956,10 per ounce. Harga emas tercatat telah naik sekitar 12% sepanjang tahun ini.
“Ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung terus memicu kekhawatiran inflasi dan pertumbuhan dan oleh karena itu minat safe-haven terhadap emas,” kata Peter Grant, wakil presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals.
Trump mengatakan pada hari Rabu bahwa ia akan mengumumkan tarif terkait kayu, mobil, semikonduktor, dan obat-obatan “pada bulan depan atau lebih cepat.”
Sejak menjabat pada 20 Januari, Trump telah mengenakan tarif 10% pada impor Tiongkok dan tarif 25% pada baja dan aluminium.
"Kami terus melihat pembelian bank sentral... sepanjang tahun. Itu salah satu faktor utama yang mendukung. Kami juga melihat aliran ETF dalam tiga hari berturut-turut mengalir ke pasar emas," kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures.
Baca Juga
Harga Batu Bara
Sementara itu, berdasarkan data dari Bar Chart, harga batu bara kontrak Februari 2025 di ICE Newcastle pada penutupan perdagangan Kamis (20/2/2025) stagnan pada level US$103,50 per metrik ton. Sementara itu, harga batu bara kontrak Maret 2025 turun 1,12% pada level US$106,20 per metrik ton.
Laporan Tim ekonom Bank Dunia, Paolo Agnolucci, Matias Guerra Urzua dan Nikita Makarenko, menyebut, harga batu bara thermal kemungkinan akan turun pada 2025 dan 2026 karena konsumsi global yang lebih rendah.
Bank Dunia mengatakan, konsumsi batu bara thermal global diperkirakan akan menurun pada 2025 dan semakin menyusut pada 2026, menyusul kenaikan sebesar 1% pada enam bulan pertama tahun 2024
Mereka menyebut, permintaan listrik tambahan di China, konsumen batu bara terbesar di dunia, sebagian besar dipenuhi oleh energi terbarukan dan pembangkit listrik tenaga air, sementara India mendorong peningkatan konsumsi batu bara global pada paruh pertama tahun 2024.
"Konsumsi batu bara global diperkirakan akan sedikit menurun pada 2025, dan terus menurun pada 2026, seiring dengan semakin cepatnya peralihan ke energi terbarukan dan gas alam untuk pembangkit listrik, sehingga menggantikan batubara," jelas laporan tersebut.
Tim peneliti Bank Dunia melihat adanya penurunan harga batu bara thermal sebesar 12% pada 2025 dan 2026. Saat ini, harga batu bara termal Newcastle berada pada kisaran US$114,55 per ton.