Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,38% ke level 6.856,94 pada perdagangan hari ini, Selasa (18/2/2025).
Data RTI Business pukul 09.01 WIB menunjukkan, IHSG menguat 0,38% atau 26,06 poin ke level 6.856,94 pada awal sesi perdagangan. Rentang pergerakan IHSG berada di antara 6.844 hingga 6.861.
Total perdagangan saham mencapai 543,39 juta lembar dengan nilai transaksi mencapai Rp479,50 miliar dan frekuensi sebanyak 41.601 kali. Tercatat 230 saham menguat, 77 saham melemah, dan 200 saham stagnan. Kapitalisasi pasar atau market cap Bursa tercatat mencapai Rp11.485 triliun.
Sebelumnya, Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan bahwa IHSG hari ini berpotensi menguat menguji level resistance 6.900, setelah pada sesi perdagangan sebelumnya mengalami penguatan hampir 3% ke kisaran 6.830 pada Senin (17/2/2025).
"Penguatan ini ditopang oleh penguatan mayoritas saham bluechip, terutama bank berkapitalisasi besar dan sebagian kecil saham emiten konglomerasi," katanya dalam riset, Selasa (18/2/2025).
Menurutnya, penguatan harga saham-saham bank tersebut salah satunya dipicu oleh rencana pelaksanaan buyback oleh BBRI dan BMRI, sehingga membuat IHSG akan berpeluang uji resistance ke level 6.900 pada Selasa (18/2/2025).
Baca Juga
Selanjutnya, dia menjelaskan bahwa sentimen positif lainnya berasal dari antisipasi pasar terhadap potensi pengumuman pembagian dividen final untuk tahun buku 2024.
Umumnya, dia mengatakan bahwa emiten mulai mengumumkan jadwal pembagian dividen final pada kisaran Maret-April. Posisi IHSG saat ini, membuat dividend yield terutama pada saham-saham yang secara historis termasuk dalam kelompok high dividend menjadi lebih atraktif.
Sementara itu, dia mengungkap bahwa indeks-indeks Wall Street libur untuk memperingati Washington’s Birthday pada Senin (17/2/2025).
Menurutnya, sentimen dari AS masih berkaitan dengan The Fed Rate dan kebijakan tarif. Presiden The Fed Philadelphia, Patrick Harker menyampaikan pandangan yang cenderung less-hawkish (17/2/2025) dibanding pernyataan Presiden The Fed, Jerome Powell pada awal pekan lalu.
Dia menjelaskan bahwa Harker banyak menyinggung mengenai peluang pemangkasan suku bunga dalam jangka panjang.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyatakan harapannya agar suku bunga diturunkan sebelum pengumuman serangkaian paket tarif. Menurutnya, hal ini yang kemungkinan menjadi penyebab penundaan pengumuman paket reciprocal tariffs dari rencana awal pada pekan lalu.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.