Bisnis.com, JAKARTA — Sinyal rebound indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali menyala setelah menguat 2,9% pada perdagangan kemarin. Di tengah kinerja tersebut, sejumlah saham LQ45 diperdagangkan dengan valuasi yang murah.
Berdasarkan data RTI Infokom, IHSG ditutup pada level 6.830,88 atau naik 2,90% pada Senin (17/2/2025). Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG bergerak pada rentang 6.658-6.830.
Tercatat, 411 saham menguat, 192 saham melemah, dan 189 saham bergerak di tempat. Kapitalisasi pasar terpantau naik ke posisi Rp11.788 triliun.
Merujuk data Bloomberg, penguatan IHSG didorong oleh saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), dan saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM).
Sejalan dengan itu, indeks LQ45 menguat 3,11% dan IDX30 naik 3,2%. Pergerakan indeks LQ45 yang menaungi saham-saham paling likuid di Bursa Efek Indonesia tercatat masih lesu sejak awal 2025 dengan terdepresiasi 3,65% atau underperform terhadap IHSG yang turun 3,52% year-to-date.
Meski melemah sepanjang tahun berjalan 2025, sejumlah saham-saham blue chips dinilai masih potensial untuk menguat. Investment Analyst Infovesta Kapital Advisory Ekky Topan mengatakan pelemahan saham-saham blue chips terjadi karena keluarnya dana asing dari indeks akibat kekhawatiran perang dagang.
"Jadi saham-saham utama yang biasa dimiliki asing terkoreksi cukup dalam," kata Ekky, Senin (17/2/2025).
Dia melanjutkan, indeks LQ45 masih mempunyai peluang untuk penguatan. Hal ini selain karena valuasi yang sudah cukup murah, penurunan harga saat ini lebih besar karena unsur kekawatiran sentimen negatif global.
Penurunan harga saham yang terjadi saat ini menurutnya bukan karena fundamental perusahaan yang memburuk.
Dengan hal tersebut, menurut Ekky penurunan saat ini merupakan momentum untuk mengakumulasi saham-saham blue chips, yang berpotensi masih bertumbuh ke depannya. Selain itu, lanjutnya, momentum dividen beberapa bulan ke depan juga akan menjadi daya tarik saham blue chips.
"Saya rasa itu bisa jadi sentimen positif untuk jangka pendek," ujarnya.
Adapun untuk saham-saham blue chips yang menurutnya menarik saat ini adalah saham BBRI, INDF, dan ANTM.
Berdasarkan data Bloomberg, 19 anggota indeks LQ45 memiliki valuasi dengan indikator price to earnings ratio (PER) di bawah 10 kali.
Tiga saham dengan PER paling rendah ialah saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) 2,65 kali, PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) 3,95 kali, dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) sebesar 4,02 kali.
Selanjutnya, saham PT United Tractor Tbk. (UNTR) diperdagangkan dengan PER 4,36 kali, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) 4,55%, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) sebesar 4,93 kali.
Ditambah lagi, lima konstituen LQ45 lainnya yang memiliki PER di bawah 10 kali yaitu PT Astra International Tbk. (ASII) 5,57 kali, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) 5,61 kali, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) 6,46 kali, PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) 6,56 kali, dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) sebesar 6,93 kali.
Di kalangan pelaku pasar, saham dengan PER di bawah 10 kali kerap dinilai memiliki valuasi yang murah. Selain itu, indikator price to book value (PBV) di bawah 1 kali juga sering digunakan sebagai acuan valuasi saham.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.