Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bitcoin (BTC) Dibayangi Tekanan Jual Investor, Pasar Mengarah ke Level 'Fear'

Indeks Fear and Greed kini pada level 49. Meski masih kategori netral, tetapi menandakan sentimen investor mulai mengarah ke kategori fear atau ketakutan.
Warga beraktivitas di dekat logo Bitcoin di Jakarta, Selasa (15/10/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Warga beraktivitas di dekat logo Bitcoin di Jakarta, Selasa (15/10/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Pasar kripto anjlok akibat tekanan jual investor. Analisis data on-chain maupun reksadana (ETF) berbasis kripto menunjukkan tren arus keluar signifikan dalam dua hari belakangan. 

Berdasarkan data on-chain Coinglass ketika berita ini ditulis, posisi likuidasi total kripto selama 24 jam mencapai US$500 juta, dengan US$399 juta di antaranya berasal dari posisi long atau bisa diartikan sebagai aksi ambil untung (profit taking) para investor, bukan dari efek trading singkat.

Bitcoin (BTC) paling dominan dilikuidasi dengan kisaran US$141 juta, disusul Ethereum (ETH) di kisaran US$89 juta.

"Beberapa investor mungkin memutuskan untuk menjual BTC mereka untuk mengamankan keuntungan, terutama saat pasar menunjukkan tanda-tanda jenuh. Dalam hal ini, jika pasar terlalu banyak dipenuhi oleh penjual yang ingin mengambil keuntungan, harga BTC bisa tertekan turun," tulis analisis Pintu Academy dalam laporannya, dikutip Kamis (9/1/2025).

Sehari sebelumnya, posisi likuidasi kripto bahkan sempat menyentuh sekitar US$700 juta dalam 24 jam. Ethereum (ETH) justru menjadi yang paling banyak dilikuidasi dengan US$139 juta, disusul Bitcoin (BTC) dengan kontribusi likuidasi sekitar US$131 juta.

Sementara itu, ETF Bitcoin juga tertekan dengan arus keluar per 8 Januari 2025 mencapai US$444 juta, namun belum termasuk iShares Bitcoin Trust (IBIT) besutan BlackRock. 

Sehari sebelumnya, ETF Bitcoin masih mencetak arus masuk US$52,6 juta per 7 Januari 2025, tetapi hanya karena IBIT masih mencetak arus masuk US$516 juta. Padahal, lainnya kompak mencetak arus keluar. 

Misalnya, ARK 21Shares Bitcoin ETF (ARKB) menjadi pencetak arus keluar terbanyak pada 7 Januari 2025 sekitar US$212 juta, sementara pada 8 Januari 2025 Fidelity Wise Origin Bitcoin Fund (FBTC) mencetak arus keluar terbesar dengan US$258 juta.

Sebagai perbandingan, total arus masuk ETF Bitcoin pada 3 dan 6 Januari 2025 tembus lebih dari US$900 juta.

Sejalan dengan itu, Indeks Fear and Greed mengacu data Coinmarketcap terkini berada pada level 49. Kendati masih dalam kategori netral, tetapi menandakan sentimen investor mulai mengarah ke kategori fear atau ketakutan. 

Sebagai perbandingan, sebulan lalu indeks ini masih di level 83 poin atau dalam kategori extrem greed alias pasar sedang sangat rakus.

Sekadar info, skor tinggi antara 50 hingga 100 menunjukkan fase greed atau keserakahan, yang berarti harga bisa dinilai terlalu tinggi dan berpotensi mendekati koreksi atau akhir dari periode bullish.

"Skor rendah antara 0 hingga 49 menandakan pasar sedang berada dalam fase ketakutan, di mana harga cenderung undervalued dan ini bisa menjadi momen yang tepat untuk membeli atau buy the dip," jelas Pintu Academy.

Indeks Fear and Greed sebelumnya terkenal karena diusung oleh Alternative.me yang mengadaptasi konsep dari Fear and Greed Index milik CNNMoney untuk pasar saham. 

Cara kerja indeks ini didasarkan pada lima komponen utama volatilitas harga, momentum dan volume perdagangan, aktivitas media sosial, dominasi Bitcoin di pasar kripto, serta tren pencarian di Google. 

Misalnya, jika volatilitas tinggi dan volume penjualan meningkat, ini bisa menandakan pasar sedang berada dalam fase ketakutan. Sebaliknya, lonjakan interaksi media sosial atau dominasi Bitcoin yang meningkat bisa menandakan pasar sedang berada di fase serakah.

Namun, meski berguna untuk memahami sentimen pasar, perubahan pada indeks bisa terjadi dengan cepat akibat volatilitas harga kripto, terutama pengaruh BTC sebagai kripto arus utama. 

"Oleh karena itu, sebaiknya jangan hanya mengandalkan Indeks Fear and Greed dalam mengambil keputusan investasi. Kombinasikan dengan analisis teknikal dan fundamental untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap," tutupnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper