Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp16.244 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (19/12/2024).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka pada perdagangan dengan turun 0,91% atau 146,5 poin ke posisi Rp16.244 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terlihat melemah 0,22% ke posisi 107,760.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,21%, dolar Singapura menguat sebesar 0,14%, dan peso Filipina menguat 0,04%.
Sementara itu mata uang yang melemah di antaranya yuan China yang melemah sebesar 0,17%, won Korea melemah 0,73%, dolar Hong Kong melemah 0,03%, baht Thailand melemah 0,09%, ringgit Malaysia melemah 0,73%, rupee India melemah 0,06%, dan dolar Taiwan melemah sebesar 0,44%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi sebelumnya bahwa perdagangan hari ini (19/12) mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi berpotensi ditutup melemah direntang Rp16.080-Rp16.140 per dolar AS.
Dia sebelumnya mengatakan bahwa kemarin (18/12/2024) mata uang rupiah ditutup menguat tipis 3 poin ke level Rp16.097 dari sebelumnya sempat menguat 25 poin ke level Rp16.099.
Ibrahim mengatakan bahwa The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, tetapi fokusnya akan tertuju pada proyeksi ekonomi masa depan The Fed dan komentar Ketua Jerome Powell.
Dia mengatakan bahwa sinyal tentang prospek suku bunga jangka panjang The Fed tetap menjadi fokus karena inflasi tetap membandel dan diperkirakan akan terus meningkat di bawah Presiden Donald Trump yang akan datang.
Selain The Fed, Bank of Japan (BoJ) dan Bank of England (BoE) juga dijadwalkan untuk membuat keputusan suku bunga pada pekan ini. Dia mengatakan bahwa BOE diharapkan mempertahankan suku bunga tetap stabil, sementara pasar menunggu keputusan BOJ yang mungkin akan menaikkan suku bunga lebih lanjut.
Selain itu, Ibrahim mengungkap bahwa Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan atau BI rate pada level 6% di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
Menurutnya, keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025, serta untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dia menjelaskan bahwa kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian perekonomian global akibat arah kebijakan AS dan eskalasi ketegangan geopolitik di berbagai wilayah.
Selain itu, sentimen datang dari Uni Eropa yang telah mengadopsi paket sanksi ke-15 terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina, dengan menambahkan 33 kapal tambahan dari armada bayangan Rusia yang digunakan untuk mengangkut minyak mentah atau produk minyak bumi. Inggris juga memberikan sanksi kepada 20 kapal karena membawa minyak Rusia yang ilegal.
Reuters melaporkan bahwa Beijing akan menaikkan defisit anggarannya menjadi 4% dari 3% dari produk domestik bruto pada 2025 dan juga akan menargetkan pertumbuhan PDB sebesar 5% untuk tahun ketiga berturut-turut.