Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,90% atau 66,16 poin ke level 7.258,63 pada perdagangan awal pekan, Senin (16/12/2024), akibat pelemahan rupiah. Saham PANI milik Aguan, MPPA milik Grup Lippo, hingga DSSA milik Grup Sinar Mas menjadi saham-saham yang ditutup melemah sore ini.
Berdasarkan data Bloomberg, sebanyak 174 saham menguat, 461 saham melemah, dan 311 saham stagnan. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 7.204-7.320. Kapitalisasi pasar IHSG tercatat turun menjadi Rp12.476 triliun.
Saham afiliasi pengusaha Sugianto Kusuma atau Aguan, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI) menjadi salah satu saham yang melemah sore ini. Saham PANI anjlok hingga 14,40% ke level Rp15.900 per saham.
Selain saham PANI, saham PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA) milik Grup Lippo juga melemah sore ini dengan turun 8,57% ke level Rp64 per saham. Selain saham MPPA, saham lain milik Grup Lippo juga terjun ke zona merah sore ini seperti saham LPKR yang melemah 7,48% ke level Rp99, dan saham MLPL yang turun 7,38% ke level Rp113 per saham.
Saham milik grup konglomerat lain yang juga terjun ke zona merah sore ini adalah saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) milik Grup Sinarmas. Saham DSSA turun 6,67% ke level Rp38.450 per saham sore ini.
Di sisi lain, sejumlah saham seperti RAJA yang terafiliasi Happy Hapsoro ditutup menguat sore ini dengan naik 3,25% ke level Rp2.860 per saham. Lalu saham CUAN afiliasi Prajogo Pangestu juga menguat 4,19% ke level Rp9.325 per saham hari ini.
Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan IHSG berada di jalur pelemahan hari ini akibat tekanan depresiasi rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang menjadi perhatian pelaku pasar.
Pasar juga menantikan hasil pertemuan Bank Indonesia (BI) pada 17-18 Desember 2024, dengan pasar fokus perhatian pasar pada kebijakan moneter yang akan diambil dalam pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di saat rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Pasar memiliki pandangan meskipun BI mempunyai ruang untuk pemangkasan suku bunga acuannya, tetapi pasar memiliki keraguan hal ini dengan melihat kondisi tekanan yang terjadi pada nilai rupiah.
Keraguan pasar tersebut dilatarbelakangi dengan aksi intervensi BI dalam menjaga nilai rupiah, tetapi rupiah tetap melemah ke level psikologi Rp16.000. Hal ini memberikan pandangan jika apa yang dilakukan oleh BI belum mampu menahan penguatan dolar AS.
Sementara itu, data surplus neraca perdagangan Indonesia pada November memberikan sentimen positif sehingga dapat menahan kejatuhan indeks IHGS lebih dalam.
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam rilisnya menyatakan surplus neraca perdagangan bulan November sebesar US$4,42 miliar atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya US$2,48 miliar. Surplus neraca perdagangan ini memberikan pandangan positif untuk memperkuat ketahanan eksternal perekonomian Indonesia lebih lanjut.