Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja reksa dana masuk kembali ke zona hijau selama perdagangan pekan lalu. Penguatan itu didorong oleh rebound IHSG yang berada dalam tren bearish belakangan ini.
Berdasarkan data Infovesta periode 15 - 22 November 2024, indeks reksa dana saham mencetak kinerja paling gemilang dengan kenaikan 0,29% menjadi 5.831. Pada saat yang sama, IHSG sebagai indeks acuannya menguat 0,48% menjadi 7.195.
Selanjutnya indeks reksa dana pasar uang menyusul dengan kenaikan 0,09%. Indeks reksa dana pendapatan naik 0,03% dan indeks reksa dana campuran tumbuh lebih terbatas 0,004%.
Tim Riset Infovesta menjelaskan performa reksa dana pekan lalu mengikuti gerak bullish IHSG yang dipicu penguatan mayoritas indeks sektoral.
"Dari sisi saham, top leaders IHSG yakni GOTO naik 21,88%, TLKM naik 8,27%, dan AMMN naik 3,81%," tulis Tim Riset Infovesta dalam riset mingguan, dikutip Senin (25/11/2024).
Apresiasi IHSG terjadi walaupun investor asing terpantau melanjutkan aksi jual bersih atau net sell senilai Rp3,65 triliun dalam sepekan.
Baca Juga
Tim Riset Infovesta menjelaskan sejumlah sentimen di pasar modal pekan lalu berasal dari pertumbuhan kredit Indonesia pada Oktober 2024 yang mencapai 10,92% YoY.
Dapat dilihat dari sisi penawaran, pertumbuhan kredit ditopang oleh minat penyaluran kredit yang tinggi, realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan dan pertumbuhan DPK, serta dampak KLM Bank Indonesia yang positif.
Selanjutnya, peredaran uang M2 di Indonesia mencapai Rp9.078,6 triliun pada Oktober 2024 yang menunjukkan kenaikan 6,7% YoY.
"Perkembangan M2 dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat," tulis Infovesta.
Dari sisi global, Bank Sentral China (PBOC) mempertahankan suku bunga tenor 1 tahun di level 3,1% dan tenor 5 tahun di level 3,6%. Keputusan terbaru itu mencerminkan penilaian berkelanjutan bank sentral terhadap langkah stimulus yang ada.
Sedangkan dari AS, terdapat rilis klaim pengangguran yang turun 6.000 menjadi 213.000. Hasil tersebut memperlihatkan pasar tenaga kerja di AS tetap kuat walaupun ada siklus pengetatan oleh The Fed pada kuartal akhir tahun ini.
"Dalam sepekan kedepan, pada pasar saham, tekanan diprediksi mereda secara lebih terbatas. Investor dapat melakukan aksi beli pada saham big cap dengan valuasi undervalued," tulis Infovesta.
Sementara itu, pasar obligasi juga ditutup menguat. Yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun naik menjadi 6,91%. Sentimen penggeraknya disebut berasal dari Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga BI Rate di level 6% yang sesuai ekspektasi.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.