Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah ke level 7.266,46 pada perdagangan awal pekan hari ini, Senin (11/11/2024). Kinerja sejumlah saham seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) dan PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI) jeblok.
Berdasarkan data RTI Business, IHSG membukukan pelemahan sebesar 0,28% atau 20,73 poin ke level 7.266,46. IHSG dibuka di level 7.287,25 pada perdagangan hari ini.
IHSG berada di level terendah pada perdagangan ini 7.182,31 dan mencatatkan level tertinggi sepanjang perdagangan hari ini di 7.287,25.
IHSG ditutup dengan nilai transaksi mencapai Rp13,16 triliun, dengan volume saham mencapai 23,57 miliar lembar saham. Adapun, transaksi ditutup dengan frekuensi 1,45 juta kali.
Pada perdagangan hari ini, sebanyak 397 saham melemah, 190 saham menguat, dan 192 saham tak beranjak atau stagnan.
Sejumlah saham dengan catatan nilai transaksi tinggi membukukan pelemahan. Harga saham ADRO misalnya turun 2,35% ke level Rp3.740 per lembar. ADRO mencatatkan nilai transaksi sebesar Rp374,3 miliar pada perdagangan hari ini.
Baca Juga
Kemudian, PANI mencatatkan pelemahan harga saham 6,4% ke level Rp15.725 per lembar pada perdagangan hari ini, dengan nilai transaksi Rp261,2 miliar.
Sejumlah saham emiten bank yang mencatatkan nilai transaksi jumbo pun melemah. Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) turun 1,33% dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) turun 0,25%.
Sementara, pada perdagangan hari ini sejumlah saham mencatatkan penurunan harga saham paling jeblok atau top losers. PT Topindo Solusi Komunika Tbk. (TOSK) misalnya jeblok 19,83%, PT Haloni Jane Tbk. (HALO) turun 11,76%, dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) turun 9,05%.
Lalu, terdapat deretan saham yang menjadi top gainers seperti PT Dwi Guna Laksana Tbk. (DWGL) yang naik 34,19%, PT Multipolar Technology Tbk. (MLPT) naik 20%, serta PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) naik 17,32%.
Sebelumnya, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Dimas Krisna Ramadhani mengatakan bahwa berkaca dari data arus modal asing pekan lalu, IHSG memiliki potensi untuk melanjutkan penurunan hingga ke level 6.800 – 6.900.
“Data arus modal asing juga harus diperhatikan misal ketika IHSG mengalami kenaikan, apakah terjadi akumulasi dari investor asing atau justru melanjutkan distribusi sehingga hanya berupa mark up,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (10/11/2024).
Dimas mengimbau investor untuk mencermati sejumlah sentimen yang kemungkinan mempengaruhi pasar selama sepekan ke depan, atau periode perdagangan 11 – 15 November 2024.
Pertama terkait inflasi tahunan AS per Oktober. Pada Rabu pekan ini, inflasi tahunan AS diprediksi naik 2,6% atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi 2,4%, tetapi masih berada dalam rentang yang sama dalam 3 bulan terakhir.
The Fed sendiri sudah menurunkan suku bunga acuan pada pekan lalu, sehingga akan mempengaruhi indikator inflasi untuk bulan berikutnya.
"Jika kita lihat dari target yang ditetapkan The Fed yaitu inflasi 2% di 2024 maka data inflasi Oktober apabila sesuai dengan konsensusnya masih sejalan untuk semakin mendekati target inflasi yang ditetapkan The Fed tersebut,” kata Dimas.
Kedua, PPI Bulanan AS per Oktober yang diperkirakan naik 0,2%. Capaian bulan ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tidak mengalami kenaikan sama sekali dibanding Agustus 2024.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.