Bisnis.com, JAKARTA – Emiten BUMN Karya seperti WSKT, PTPP, dan ADHI mencatatkan total pembayaran kas kepada pemasok dan subkontraktor sebesar Rp29,77 triliun hingga kuartal III/2024.
Melansir laporan keuangan konsolidasi ketiga emiten, Senin (28/10/2024), PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) menggelontorkan pembayaran terbesar yakni Rp13,38 triliun selama periode Januari hingga September 2024.
Sementara itu, PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mengakumulasikan pembayaran kas kepada pemasok dan subkontraktor sebesar Rp9,81 triliun. Adapun, PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) mengucurkan dana senilai Rp6,57 triliun.
Pembayaran kas kepada pemasok dan subkontraktor tercatat menjadi salah satu beban terbesar dari pos arus kas aktivitas operasi ketiga emiten tersebut.
ADHI misalnya, mencatatkan penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp10,23 triliun pada semester I/2024. Namun, setelah dikurangi jumlah pengeluaran perseroan meraih surplus kas bersih dari aktivitas operasi Rp888,16 miliar.
Sebaliknya, PTPP dan Waskita Karya membukukan defisit kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi. PTPP secara rinci mencatatkan defisit kas bersih aktivitas operasi sebesar Rp1,39 triliun, sedangkan Waskita mencapai Rp3,5 triliun.
Baca Juga
Hingga kuartal III/2024, ADHI memiliki saldo kas dan setara kas sebesar Rp1,9 triliun atau turun 40,09% year to date (YtD). Adapun kas PTPP naik 3,84% YtD menjadi Rp3,06 triliun dan Waskita mencatatkan Rp1,36 triliun atau turun 9,50%.
Terkait kinerja keuangan, ADHI mengakumulasikan laba bersih sebesar Rp69,32 miliar pada kuartal III/2024 atau melonjak 194,52% secara tahunan. Laba per saham juga ikut terkerek dari level Rp2,8 menjadi Rp8,25 per saham.
Salah satu kontributor laba bersih ADHI berasal dari pos bagian laba ventura bersama yang meraih Rp568,73 miliar atau tumbuh 104,87% dari tahun sebelumnya.
Sekretaris Perusahaan ADHI Rozi Sparta mengatakan bahwa saat ini perseroan tengah fokus mendorong produktivitas guna mencapai target yang ditetapkan pada 2024.
“Kami fokus untuk meningkatkan produktivitas untuk mencapai target produksi tahun 2024 dan juga secara aktif melakukan monitoring pencairan piutang proyek aktif,” ujarnya saat dihubungi Bisnis baru-baru ini.
Dia juga memperkirakan segmen pekerjaan yang berpotensi memberikan laba signifikan, antara lain jalan tol, bangunan air, railway, hingga gedung.
Di sisi lain, PTPP meraih laba tahun berjalan Rp77,45 miliar pada kuartal III/2024. Jumlah itu menurun 57% dari periode yang sama tahun lalu Rp180,12 miliar.
Meski demikian, perseroan dan entitas anak membukukan pendapatan usaha sebesar Rp14 triliun atau tumbuh 14,54% secara tahunan. Capaian tersebut ditopang segmen jasa konstruksi yang meraih Rp11,69 triliun, EPC sebesar Rp1,33 triliun, serta properti dan realti membukukan Rp503,6 miliar sepanjang kuartal III/2024.
Waskita sendiri menorehkan rugi bersih Rp3 triliun sepanjang periode Januari – September 2024, naik dari posisi tahun lalu yang mencatatkan kerugian Rp2,83 triliun. Rugi per saham juga meningkat dari Rp98,39 menjadi Rp104,22.
Sekretaris Perusahaan Waskita Ermy Puspa Yunita menyatakan perseroan berkomitmen terus melakukan efisiensi pada setiap lini bisnis, dengan mengoptimalisasi pengelolaan proyek hingga aspek sumber daya.
“Penerapan tersebut dilakukan sebagai bentuk penguatan implementasi tata kelola perusahaan yang bertanggung jawab dan manajemen risiko yang efektif dari holding hingga ke proyek,” kata Ermy dalam keterangan tertulis.
_______________
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.