Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kekhawatiran Pasokan Mereda, Reli Harga Minyak Dunia Mulai Melambat

Kenaikan harga minyak dunia mulai melambat karena pasokan global secara keseluruhan disebut masih tercukupi dengan baik.
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia masih melanjutkan tren kenaikannya pada awal perdagangan Jumat (3/10/2024) seiring dengan sikap investor yang mencermati eskalasi investor konflik Timur Tengah dan potensi gangguan produksi dari kawasan tersebut.

Meski demikian, kenaikan harga mulai melambat karena pasokan global secara keseluruhan disebut masih tercukupi dengan baik.

Mengutip Reuters, harga minyak mentah jenis Brent terpantau naik 9 sen, atau 0,12%, menjadi US$77,71 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga menguat 8 sen, atau 0,11%, menjadi US$73,79 per barel. Kedua harga minyak acuan itu berada di jalur untuk mencatatkan kenaikan mingguan sekitar 8%.

Presiden AS Joe Biden mengatakan pihaknya sedang membahas serangan terhadap fasilitas minyak Iran sebagai balasan atas serangan rudal Teheran terhadap Israel. Komentar tersebut memicu reli harga minyak sebesar 5%.

Analis ANZ Daniel Hynes menjelaskan pasar mulai memperhitungkan kemungkinan gangguan pasokan di Timur Tengah. Produksi dari kawasan tersebut mencakup sekitar sepertiga dari pasokan global.

"Langkah ini diperburuk oleh investor yang pesimis yang membatalkan taruhan mereka pada harga yang lebih rendah. Langkah ini dapat diperpanjang jika investor mulai membangun posisi bullish dalam minyak," kata Hynes.

Namun, kekhawatiran pasokan telah diredakan oleh kapasitas produksi cadangan OPEC dan fakta bahwa pasokan minyak mentah global belum terganggu oleh kerusuhan Timur Tengah.

Pemerintah Libya yang berbasis di timur dan National Oil Corp yang berbasis di Tripoli mengumumkan pembukaan kembali semua ladang minyak dan terminal ekspor pada Kamis waktu setempat setelah perselisihan mengenai kepemimpinan bank sentral diselesaikan, mengakhiri krisis yang telah sangat mengurangi produksi minyak.

Sebagai informasi, Iran dan Libya sama-sama merupakan anggota OPEC. Iran, yang beroperasi di bawah sanksi AS, memproduksi sekitar 4,0 juta barel bahan bakar per hari pada tahun 2023, sementara Libya memproduksi sekitar 1,3 juta barel per hari tahun lalu, menurut data dari Badan Informasi Energi AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper