Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Pantau Sentimen Timur Tengah dan Stimulus China, Harga Minyak Lanjutkan Reli

Harga minyak dunia naik tipis pada Rabu (25/9/2024) setelah pasar memantau perkembangan di Timur Tengah dan dampak stimulus China.
Fasilitas Blok Cepu yang dioperatori ExxonMobil Cepu Limited di Bojonegoro, Jawa Timur, Jumat (9/8/2024)/Bisnis-Afiffah Rahmah Nurdifa
Fasilitas Blok Cepu yang dioperatori ExxonMobil Cepu Limited di Bojonegoro, Jawa Timur, Jumat (9/8/2024)/Bisnis-Afiffah Rahmah Nurdifa

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia naik tipis pada Rabu (25/9/2024) setelah mencatat penguatan terbesarnya dalam sepekan pada perdagangan kemarin. Pelaku pasar memantau perkembangan di Timur Tengah dan dampak stimulus China terhadap permintaan minyak.

Mengutip Bloomberg pada Rabu (25/9/2024), harga minyak mentah Brent terpantau naik 0,11% ke level US$75 per barel setelah reli 1,7% pada Selasa kemarin. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,1% ke level mendekati US$71,93 per barel. 

Pergerakan harga minyak salah satunya dipengaruhi oleh kondisi di Timur Tengah. Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan bahwa serangan Israel di Lebanon tidak bisa dibiarkan begitu saja dan juga mendesak negara-negara Barat untuk kembali ke perjanjian nuklir dan mencabut sanksi terhadap negaranya.

Dorongan besar-besaran yang dilakukan China terhadap perekonomiannya yang diumumkan pada hari Selasa telah meningkatkan saham-saham di seluruh dunia, meskipun belum jelas apakah hal ini akan menyebabkan peningkatan permintaan energi di negara importir minyak terbesar tersebut.

Harga minyak mentah masih sedikit lebih rendah tahun ini, dengan prospek suram di negara dengan ekonomi terbesar di Asia dan prospek pasokan yang lebih tinggi dari OPEC+ yang membebani harga. Kelompok produsen pada Selasa memperkuat pandangan mereka bahwa permintaan minyak global akan terus meningkat hingga pertengahan abad ini.

OPEC memproyeksikan konsumsi minyak dunia meningkat sebesar 17,9 juta barel per hari, atau sekitar 18%, menjadi 120,1 juta barel per hari pada 2050. Laporan ini juga mengerek naik proyeksi yang mencakup dua dekade ke depan dari laporan tahun lalu.

OPEC mengatakan prospek minyak yang semakin bullish mencerminkan kondisi pascaguncangan energi pada 2022 lalu, negara-negara maju sedang mengevaluasi kembali transisi dari bahan bakar fosil karena mereka menyadari perlunya keamanan energi. Pada saat yang sama, negara-negara berkembang mendorong akses terhadap bahan bakar yang terjangkau.

Di AS, American Petroleum Institute melaporkan persediaan minyak mentah komersial turun 4,34 juta barel pada pekan lalu. Hal ini akan membuat stok berada pada level terendah sejak April 2022 jika dikonfirmasi oleh data resmi pada Rabu malam.

Sementara itu, Badai Tropis Helene menguat saat bergerak menuju Teluk Meksiko, memicu evakuasi beberapa anjungan minyak dan gas alam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper