Bisnis.com, JAKARTA – Transaksi kontrak berbasis minyak mentah di ICDX melonjak 375% usai Badai Francine melanda pesisir Louisiana Amerika Serikat (AS) dan teluk meksiko pada 11 September 2024.
Berdasarkan data ICDX, transaksi kontrak berbasis minyak mentah pada 3 – 10 September 2024 hanya mencapai 622 lot. Namun, setelah badai melanda, transaksi melompat 357% atau mencapai 2.226 lot pada periode 11-17 September 2024.
Badai Francine, yang membuat sejumlah kilang minyak AS berhenti beroperasi, telah memicu kekhawatiran pasar terhadap penurunan pasokan minyak mentah. Badai ini sedikitnya melewati 6 kilang minyak di Gulf Coast dan 22 pelabuhan.
Yoga Tirta, Research and Development ICDX, mengatakan Badai Francine telah mengganggu sekitar 21% produksi minyak mentah dan 16% produksi gas alam di Teluk Meksiko.
Menurutnya, efek tersebut menjadi icing on the cake untuk komoditi minyak mentah yang dilihat dari sisi pasokan sudah cukup ketat dengan adanya konflik di Timur Tengah, serta penundaan rencana peningkatan output OPEC+.
“Situasi ini kemudian dimanfaatkan secara optimal oleh investor, baik untuk tujuan taking profit maupun hedging, sehingga volume transaksi ikut terdorong meningkat,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (20/9/2024).
Direktur Utama ICDX Fajar Wibhiyadi menuturkan kontrak berjangka minyak mentah di ICDX merupakan bagian dari transaksi multilateral. Selain minyak mentah, pihaknya juga memfasilitasi kontrak komoditas, seperti agrikultur, mata uang, dan emas.
Dia menyampaikan transaksi multilateral pada kontrak minyak mentah di ICDX selama Januari–September 2024 telah mencapai 38.132 lot dengan notion value sebesar Rp574 triliun, serta komposisi kontrak COFRMic, COFU10 dan COFU100.
Di sisi lain, mengutip Reuters, harga minyak jenis Brent terpantau turun 19 sen atau 0,3% pada level US$73,69 per barel. Secara mingguan, harga minyak jenis ini tercatat naik 4,3%.
Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) AS, menguat 6 sen menjadi US$72,01 per barel dan telah mencatat kenaikan mingguan sebesar 4,8%.
Harga minyak dunia telah pulih setelah anjlok mendekati level terendah dalam tiga tahun pada 10 September lalu. Sejak penurunan tersebut, minyak telah mencatatkan kenaikan harga dalam lima dari tujuh sesi perdagangan.