Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat dan menyentuh level Rp15.100 pada Jumat (20/9/2024). Penguatan rupiah berlanjut setelah The Fed dan Bank Indonesia kompak memangkas suku bunga acuan.
Mengutip data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 138 poin atau 0,91% menuju level Rp15.101 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS mencatatkan pelemahan 0,03% ke posisi 100,641.
Hingga pukul 09.25 WIB, rupiah lanjut menguat di hadapan dolar AS dan menembus posisi Rp15.065.
Sementara itu, mayoritas mata uang lain di Asia dibuka bervariasi. Yen Jepang dan yuan China menguat masing-masing sebesar 0,11% serta 0,20%. Selain itu, dolar Hong Kong menguat 0,04%, dolar Singapura 0,05%, baht Thailand 0,27%, dan dolar Taiwan terapresiasi 0,06%. Adapun, won Korea melemah 0,19%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 50 basis poin (bps) menjadi di kisaran 4,75%–5% dan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6% sebagai katalis positif di pasar uang.
Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi berpotensi ditutup menguat pada rentang Rp15.150–Rp15.250 per dolar AS pada Jumat (20/9/2024).
Dia menjabarkan penurunan Fed Rate dilandasi oleh keyakinan bahwa inflasi akan terus menyusut ke target tahunan yakni 2%.
“Para pembuat kebijakan melihat suku bunga acuan Fed turun 50 bps lagi pada akhir tahun ini, 100 bps lagi pada 2025, dan 50 bps lagi pada 2026 hingga berakhir pada kisaran 2,75%-3,00%,” ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis, Kamis (19/9/2024).
Di sisi lain, Ibrahim menuturkan penurunan suku bunga The Fed yang cukup besar telah memicu kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi AS. Utamanya terkait pasar tenaga kerja, yang berisiko menimbulkan lebih banyak hambatan ekonomi dalam beberapa bulan mendatang.
“Sementara, suku bunga yang lebih rendah biasanya menjadi pertanda baik bagi aktivitas ekonomi. Pemotongan agresif The Fed memicu beberapa kekhawatiran atas potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi,” ucapnya.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia juga memangkas suku bunga acuan dari level 6,25% menjadi 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) September 2024. Keputusan ini dinilai berani, taktis dan antisipatif untuk menopang penguatan ekonomi di tengah indikasi pelemahan.
Pelemahan ekonomi Indonesia terindikasi dari deflasi empat bulan berturut-turut, angka PMI manufaktur di bawah batas normal 50 selama dua bulan terakhir, indeks kepercayaan pebisnis dan konsumen menurun, serta angka pengangguran mendaki setiap bulannya.
Dengan penurunan BI Rate 25 bps menjadi 6%, perbankan diharapkan segera melakukan penyesuaian suku bunga. Hal itu bertujuan agar permintaan kredit bisa terdongkrak, sehingga perekonomian kembali pulih dan membaik di masa transisi pemerintahan.
“Jika ekspektasi inflasi mengarah ke target sasaran yang 2,5% dan kurs rupiah tetap stabil, maka masih ada ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan setidaknya 50-75 bps menjadi 5,50% – 5,25% untuk menjadi stimulus perekonomian,” kata Ibrahim.