Bisnis.com, JAKARTA - Instrumen investasi berupa reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap dinilai prospektif untuk dilirik investor di tengah prospek akselerasi pasar modal pada semester II/2024 terdorong oleh ekspektasi pelonggaran suku bunga acuan.
Berdasarkan data Infovesta Utama per 30 Agustus 2024, indeks reksa dana saham mencetak kinerja -4,43% secara year-to-date. Pada saat yang sama, IHSG sudah menguat 5,47%.
Di sisi lain, indeks reksa dana pendapatan tetap meningkat 2,78%, indeks reksa dana campuran naik 1,24%, dan indeks reksa dana pasar uang paling moncer dengan apresiasi 3,07% YtD.
Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi Riawan mengatakan proyeksi pertumbuhan return reksa dana hingga akhir tahun bervariasi tergantung jenis reksa dana dan kondisi pasar.
"Reksa dana saham diperkirakan akan tumbuh sekitar 9%-15% didorong oleh kinerja IHSG yang diproyeksi meningkat selama tahun Pemilu," katanya kepada Bisnis, Rabu (4/9/2024).
Untuk reksa dana pendapatan tetap, dia memperkirakan return dalam 1 tahun sekitar 5%-7% seiring dengan ekspektasi penurunan suku bunga acuan The Fed.
Reza menambahkan prospek kinerja reksa dana campuran menyesuaikan alokasi aset dan kondisi pasar saham dan obligasi. Dia memprediksi jenis reksa dana campuran berpeluang tumbuh sekitar 6%-10% pada tahun ini.
Sementara itu, reksa dana pasar uang diperkirakan akan memberikan return sekitar 4%-5%. Reksa dana jenis ini disebut memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dan likuiditas yang tinggi.
Bagi investor, dia memaparkan beberapa sentimen yang perlu diperhatikan saat berinvestasi di instrumen reksa dana. Pertama, sentimen pelonggaran kebijakan moneter sejalan dengan ekspektasi bahwa Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga dari posisi saat ini 6,25%.
"Hal ini bisa menurunkan imbal hasil obligasi dan memberikan dampak positif pada perusahaan untuk ekspansi," ujarnya.
Kedua, tahun politik. Dia menjelaskan bahwa 2024 adalah tahun Pemilu, yang biasanya meningkatkan perputaran ekonomi. Menurutnya, Pemilu dapat mendorong perputaran uang lebih cepat dan mendongkrak perekonomian.
Ketiga, risiko global. Dia menjelaskan bahwa risiko dari perubahan kebijakan moneter bank sentral dunia, terutama The Fed, serta risiko geopolitik dan resesi ekonomi global bisa mempengaruhi pasar.
Dengan mempertimbangkan sentimen-sentimen tersebut, dia merekomendasikan reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana saham yang dikelola secara aktif dan pasif.
Menurutnya, reksa dana saham yang mengoleksi saham emiten-emiten di sektor perbankan, konsumer, dan properti bisa menjadi pilihan utama karena prospek ekonomi yang baik.