Bisnis.com, JAKARTA – Harga aset kripto Bitcoin menyentuh level US$65,000 untuk pertama kalinya dalam waktu sekitar tiga minggu seiring dengan inflow ke exchange traded funds untuk aset ini dan indikasi bahwa bank sentral AS, The Federal Reserve, akan melonggarkan kebijakan moneter.
Mengutip Bloomberg pada Senin (26/8/2024), aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar ini sempat naik 1,2% ke level US$65,030 pada perdagangan hari ini sebelum turun kembali ke US$64,000.
Adapun, mata uang kripto ini telah naik 7,4% minggu lalu, atau peningkatan paling tajam untuk periode tersebut sejak pertengahan Juli.
Pergerakan harga Bitcoin dipengaruhi oleh pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell pada Jumat pekan lalu yang memberikan indikasi paling jelas bahwa bank sentral sedang dalam jalur untuk memangkas suku bunga acuan dari level tertinggi dalam lebih dari dua dekade. Hal tersebut menunjukkan latar belakang likuiditas yang lebih menguntungkan bagi pasar global.
Sinyal Powell mendorong inflow sebesar US$252 juta – tertinggi dalam lebih dari sebulan – ke dalam sejumlah instrumen ETF spot-Bitcoin AS pada hari yang sama, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Adapun, ETF dengan aset Bitcoin tersebut telah mencatat inflow selama tujuh hari berturut-turut.
“Semua mata tertuju pada The Fed. Penurunan suku bunga pada bulan September dapat meningkatkan Bitcoin,” ujar Cici Lu McCalman, pendiri penasihat blockchain Venn Link Partners.
Baca Juga
Berbanding terbalik dengan portofolio Bitcoin, sekelompok ETF spot-Ether AS mencatatkan arus keluar bersih atau outflow pada 23 Agustus. Harga aset kripto Ether melemah 1,7% pada perdagangan hari ini. Sementara itu, token utama lainnya sedikit berubah.
Toncoin, token dari blockchain yang terhubung dengan aplikasi perpesanan Telegram, mengalami penurunan setelah salah satu pendiri Telegram, Pavel Durov, ditahan di Prancis.