Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Baja Global Lesu, Intip Strategi Spindo (ISSP) Jaga Kinerja

PT Steel Pipe Industry Indonesia Tbk. (ISSP) atau Spindo optimistis mampu menjaga kinerja tetap positif di tengah tren harga baja global lesu.
Pipa baja ERW Spindo telah digunakan di beberapa proyek jembatan, proyek konstruksi terutama untuk bangunan bentang lebar seperti bandara, stadion, dan aula, serta aplikasi struktur selubung bangunan. / Dok. Spindo
Pipa baja ERW Spindo telah digunakan di beberapa proyek jembatan, proyek konstruksi terutama untuk bangunan bentang lebar seperti bandara, stadion, dan aula, serta aplikasi struktur selubung bangunan. / Dok. Spindo

Bisnis.com, JAKARTA - PT Steel Pipe Industry Indonesia Tbk. (ISSP) atau Spindo optimistis mampu menjaga kinerja keuangan tetap positif hingga akhir 2024 di tengah tren penurunan harga baja global.

Berdasarkan data London Metal Exchange (LME), harga baja canai panas (hot rolled coil/HRC) mencapai US$521 per ton FOB pada akhir semester I/2024 dari awal tahun US$600 per ton dan terus menurun hingga US$495 per ton pada saat ini.

Corporate Secretary & Investor Relations Spindo, Johanes W. Edward mengatakan hal tersebut disebabkan pemulihan ekonomi China yang lambat dan produksi pabrik pipa baja asal India yang intens.

"Meskipun harga baja menurun, Spindo mampu meningkatkan margin laba kotor dan margin laba bersih yang sejalan dengan proyeksi perusahaan untuk 2024," katanya dalam Public Expose Live 2024 secara daring, Senin (26/8/2024).

Spindo, lanjutnya, memanfaatkan penurunan harga dari pemasok luar negeri sembari menyeimbangkan pembelian dari pemasok lokal untuk mempersingkat waktu pengiriman dan mengamankan bahan baku proyek.

Pembelian bahan baku impor mendominasi sebanyak 70,8% dibandingkan dari lokal dengan porsi 29,2% sepanjang semester I/2024. Adapun, pada semester I/2023, perbandingan bahan baku lokal masih lebih tinggi yakni 55% dibandingkan dengan dari impor sebanyak 45%.

Penurunan harga baja dunia, lanjutnya, membuat Spindo menjalankan strategi pembelian yang lebih hati-hati untuk secara efektif menurunkan harga bahan baku dan memperluas gross profit margin.

Adapun, Spindo mencatat margin laba kotor (gross profit margin/GPM) 17,6% pada semester I/2024. Realisasi ini lebih tinggi dari semester I/2023 sebesar 15,1% dan 16,5% sepanjang 2023.

Menurutnya, dengan kinerja semester II yang secara historis lebih kuat, Spindo optimistis dapat lebih meningkatkan GPM dan margin laba bersih (net profit margin/NPM) melampaui target masing-masing sebesar 17% dan 8% untuk 2024.

Johanes optimistis kinerja Spindo makin terdorong usai The Fed telah memberikan sinyal untuk menurunkan suku bunga hingga 50 bps. Hal tersebut akan mendorong penurunan suku bunga acuan di Indonesia yang memberikan dampak positif terhadap ekonomi dalam negeri.

Kendati demikian, Spindo tidak menutup adanya risiko terkait dengan Pemilihan Kepala Daerah pada periode Oktober-November 2024 yang diharapkan tidak mengganggu kinerja ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper