Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga dan Program Prabowo Sengat Big Caps, Simak Rekomendasi Saham ASII & ICBP

Ekspektasi penurunan suku bunga acuan serta mencuatnya program pemerintahan baru Presiden terpilih Prabowo Subianto menyengat pasar saham, termasuk big caps.
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Ekspektasi penurunan suku bunga acuan serta mencuatnya program pemerintahan baru Presiden terpilih Prabowo Subianto menyengat pasar saham RI, termasuk saham-saham berkapitalisasi pasar besar alias big caps.

CEO STAR Asset Management Hanif Mantiq mengatakan terjadi potensi penurunan tekanan global, di mana US dot plot memperkirakan penurunan suku bunga akan terjadi pada September 2024. Kondisi tersebut bisa berdampak positif terhadap potensi penurunan suku bunga di Indonesia.

Selain itu, program pemerintahan baru yang menitik beratkan kepada peningkatan produk domestik bruto (PDB) di 2025 dan dibantu dengan belanja fiskal yang lebih tinggi.

Menurutnya, sentimen tersebut akan memengaruhi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG), termasuk saham-saham big caps. 

Untuk big caps, lanjutnya, apabila katalis datang dari pemangkasan suku bunga AS dan Indonesia maka saham saham interest rate sensitive menarik untuk diperhatikan.

"Penurunan suku bunga tentu berdampak kepada sektor-sektor seperti perbankan, properti, dan otomatif," ujarnya kepada Bisnis pada Selasa (20/8/2024).

Di sektor otomotif, Hanif menilai saham PT Astra International Tbk. (ASII) menarik untuk dicermati investor di tengah sentimen pemangkasan suku bunga acuan.

"Kami melihat bahwa valuasi dari ASII cukup menarik ditambah dengan potensi penurunan dari sisi suku bunga yang diharapkan bisa meningkatkan penjualan," ujarnya.

Untuk sentimen program pemerintahan baru, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) menjadi saham yang diunngulkan.

"Saham ini [ICBP] dipengaruhi oleh daya beli masyarakat, volatilitas rupiah, dan juga soft commodity," tutur Hanif.

Menurutnya, kondisi rupiah sudah mulai membaik ditambah dengan program pemerintahan baru yang menitik beratkan kepada konsumsi. Selain itu, prospek kinerja ICBP yang memproduksi mi instan Indomie itu juga dinilai menjanjikan.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper