Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jababeka (KIJA) Catatkan Utang Rp4,65 Triliun per Semester I/2024

PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) melaporkan total utang sebesar US$283,9 juta atau sekitar Rp4,65 triliun per semester I/2024.
Founder & Direktur Utama PT Jababeka Tbk. (KIJA) Setyono Djuandi Darmono (kanan) didampingi Wakil Direktur Utama Budianto Liman memberikan keterangan saat jumpa media di Jakarta, Rabu (17/7/2024)/Bisnis-Arief Hermawan P
Founder & Direktur Utama PT Jababeka Tbk. (KIJA) Setyono Djuandi Darmono (kanan) didampingi Wakil Direktur Utama Budianto Liman memberikan keterangan saat jumpa media di Jakarta, Rabu (17/7/2024)/Bisnis-Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) melaporkan total utang sebesar US$283,9 juta atau sekitar Rp4,65 triliun (dengan asumsi kurs Rp16.421 per dolar AS) pada semester I/2024. Wakil Direktur Utama KIJA, Budianto Liman, menyatakan bahwa perseroan telah melakukan lindung nilai (hedging) atas utang sebesar US$100 juta dari total utang tersebut.

"Dari total utang tersebut, US$100 juta telah kami lindungi dengan hedging," ujar Budianto dalam acara paparan publik tahunan di Menara Batavia, Jakarta, Kamis (15/8/2024).

Namun, Budianto menambahkan bahwa sekitar US$89 juta lainnya belum terlindungi dari risiko nilai tukar. Hal ini disebabkan oleh porsi utang tersebut yang berasal dari pinjaman anak usaha KIJA, Bekasi Power Plant.

"Pendapatan Bekasi Power Plant yang diperoleh dari penjualan listrik kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN dihitung berdasarkan tarif yang mengikuti fluktuasi kurs dolar AS," jelasnya.

Kondisi ini membuat perusahaan tidak melakukan hedging karena pendapatan dari Bekasi Power dalam mata uang dolar AS, meskipun pembayaran dilakukan dalam rupiah sesuai dengan kurs saat itu.

Utang KIJA hingga pertengahan tahun ini sebagian besar berasal dari pinjaman sejumlah bank nasional dan internasional. Beberapa di antaranya termasuk pinjaman dari Bank Mandiri sebesar US$13,1 juta dan US$85 juta, serta dari China Construction Bank sebesar Rp53,4 miliar untuk proyek patungan mini LNG plant dengan nilai investasi Rp149 miliar.

KIJA juga mendapatkan fasilitas pinjaman dari Bank OCBC NISP senilai Rp45 miliar untuk revitalisasi instalasi pengolahan air limbah (WWTP). Selain itu, perseroan memiliki Senior Secured Notes bergaransi senilai US$185,9 juta yang jatuh tempo pada 2027 dengan tingkat kupon 7% hingga 9% per tahun, yang akan meningkat 0,5% setiap tahunnya.

Meski mencatatkan pendapatan sebesar Rp2,37 triliun sepanjang semester I/2024, meningkat 36% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, KIJA mengalami penurunan laba bersih menjadi Rp269,8 miliar dari Rp381,5 miliar pada semester I/2023.

Budianto menjelaskan bahwa penurunan laba bersih tersebut disebabkan oleh kerugian selisih kurs valuta asing (valas) sebesar Rp258 miliar pada semester I/2024. Namun, jika keuntungan dan kerugian selisih kurs yang belum direalisasikan tidak diperhitungkan, laba bersih KIJA sebenarnya mencapai Rp522,1 miliar pada semester pertama 2024, dibandingkan dengan Rp80,4 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

__________ 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper