Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Blak-blakan Emiten Prajogo Pangestu TPIA soal Kondisi Manufaktur RI

Emiten Prajogo Pangestu, Chandar Asri Pacific (TPIA) mengungkapkan kondisi manufaktur RI terkini.
Pekerja beraktivitas pada proyek pengaspalan berbahan campuran plastik yang diproduksi PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. di kawasan BSD City, Tangerang, Banten, Kamis (21/7/2022). - Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja beraktivitas pada proyek pengaspalan berbahan campuran plastik yang diproduksi PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. di kawasan BSD City, Tangerang, Banten, Kamis (21/7/2022). - Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten portofolio konglomerat Prajogo Pangestu, yakni PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) mengungkapkan kondisi manufaktur Indonesia. 

Direktur Legal & External Affairs TPIA Edi Riva'i dalam paparannya di acara Bisnis Indonesia Forum (BIF), Jumat (9/8/2024), menuturkan sejak tahun 2020 hingga 2023, terjadi kenaikan impor produk bahan baku plastik PE dan PP. Kenaikan terhadap empat pos tarif 2020 hingga 2023 mencapai rata-rata 29%.

Kenaikan tersebut terjadi terhadap produk LLDPE 35% dalam kurun waktu 2020 hingga 2023, lalu produk HDPE 22% dalam periode yang sama, Homopolymer 36% sejak 2020 hingga 2023, dan Copolymer naik 22% dalam periode 2020 hingga 2023. 

TPIA juga mencatat dalam 27 tahun, kapasitas Ethylene di Asia Tenggara meningkat 7 kali lipat mengikuti pertumbuhan penduduknya. Sementara itu, Indonesia hanya memiliki satu cracker dengan peningkatan kapasitas dua kali lipat.

Edi menuturkan kapasitas produksi Ethylene merupakan indikator produktivitas industri petrokimia hulu. Di sisi lain, selama hampir 3 dekade, pertumbuhan produksi ethylene kilogram per orang di Indonesia hanya 5,03. Hal ini menunjukkan pasar produk petrokimia di Indonesia dikuasai oleh Singapura, Thailand, dan Malaysia.

Hal ini juga menimbulkan implikasi jika Indonesia menjadi pasar yang menarik untuk ekspor produk petrokimia. Di samping itu, dengan populasi hingga 275 juta jiwa, kontribusi impor menjadi lebih banyak dibandingkan dengan dalam negeri. 

Sementara itu, produksi plastik buatan China diperkirakan akan membanjiri pasar global karena kondisi kelebihan pasokan alias oversupply

Edi menjelaskan masuknya barang impor murah atau dumping akan menyebabkan kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang impor tersebut. 

Selain itu, barang impor ini akan mengancam terjadinya kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut, dan juga menghalangi pengembangan industri barang sejenis di dalam negeri.

TPIA juga menuturkan dengan memberikan perlindungan terhadap industri hulu, maka pemerintah juga secara tidak langsung menciptakan ekosistem industri yang kompetitif dan memberikan perlindungan kepada industri hilir.

TPIA memandang proteksi pada industri hulu juga dapat mendorong realisasi investasi di sektor petrokimia yang padat modal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper