Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sinyal Permintaan Global Loyo, Harga Minyak Diprediksi Turun Lagi

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September 2024 naik 0,72% menjadi US$76,86 per barel pada pukul 13.05 WIB.
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan

Bisnis.com, JAKARTA - Meskipun sempat mengalami kenaikan, harga komoditas minyak mentah diprediksi alami penurunan mingguan keempat berturut-turut. Hal ini karena tanda-tanda pertumbuhan permintaan bahan bakar global yang mengecewakan. 

Menurut data Bloomberg pada Jumat (2/8/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September 2024 naik 0,72% menjadi US$76,86 per barel pada pukul 13.05 WIB.

 Sementara itu, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober 2024 juga menguat 0,70% menjadi US$80,08 per barel pada pukul 13.06 WIB.

Data ekonomi yang mengecewakan dari importir minyak utama China dan survei yang menunjukkan aktivitas manufaktur yang lebih lemah di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat (AS) meningkatkan risiko pemulihan ekonomi global yang kurang bertenaga, yang akan membebani konsumsi minyak. 

Analis di ANZ, dalam catatannya, menuturkan bahwa lalu lintas jalan raya di China mengalami penurunan musiman selama tiga tahun berturut-turut. Data ekonomi AS yang melemah juga mengindikasikan melemahnya prospek permintaan minyak. 

Kemudian, turunnya aktivitas manufaktur di China juga menghambat harga, menambah kekhawatiran mengenai tumbuhnya permintaan setelah data Juni 2024 menunjukkan impor dan aktivitas kilang yang lebih rendah dari tahun lalu. 

Menurut data LSEG Oil Research, impor minyak mentah Asia menurun pada Juli 2024 ke level terendah dalam dua tahun, tertekan oleh melemahnya permintaan di China dan India. 

Para investor minyak juga dengan hati-hati mencermati perkembangan di Timur Tengah, yang memicu ketakutan bahwa kawasan tersebut mungkin berada di ambang perang habis-habisan, yang mengancam akan mengganggu pasokan. 

Dia juga menambahkan bahwa pembelian kontrak opsi beli Brent naik ke volume tertinggi sejak April 2024. 

"Meningkatnya ketegangan geopolitik tercermin dalam meningkatnya premi untuk opsi beli karena para pedagang memperkirakan harga akan naik," jelas ANZ, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (2/8/2024). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper