Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak terus meningkat pada perdagangan pagi ini, melanjutkan reli tajam pada sesi sebelumnya setelah pemimpin Hamas meninggal dunia di Iran dan adanya tanda-tanda permintaan minyak yang kuat di Amerika Serikat (AS) terlihat dari menipisnya stok yang ada.
Menurut data Bloomberg, pada Kamis (1/8/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September 2024 naik 0,78% menjadi US$78,52 per barel pada pukul 09.29 WIB. Sementara itu, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober 2024 juga menguat 2,66% menjadi US$80,72 per barel pada pukul 01.29 WIB.
Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, meninggal dunia di ibu kota Iran, Teheran, pada Rabu (31/7), kurang dari 24 jam setelah komandan militer paling senior Hizbullah yang berbasis di Lebanon tewas dalam serangan Israel di ibu kota, Beirut. Upaya pembunuhan tersebut kemudian memicu kekhawatiran bahwa perang dapat meluas dan berpotensi menyebabkan gangguan pasokan minyak dari wilayah Timur Tengah.
"Kami khawatir kawasan ini berada di ambang perang habis-habisan," jelas wakil perwakilan Jepang di PBB, Shino Mitsuko, seperti dikutip dari Reuters.
Faktor lainnya yang turut mendorong kenaikan harga minyak adalah serangkaian rilis data dari AS, konsumen minyak terbesar di dunia, serta melemahnya dolar. Berdasarkan data dari Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (31/7), permintaan ekspor yang kuat mendorong persediaan minyak mentah AS turun 3,4 juta barel dalam pekan yang berakhir 26 Juli menjadi 433 juta barel. Stok minyak AS telah menurun selama lima minggu berturut-turut, penurunan terpanjang sejak Januari 2021.
Berdasarkan rilis data terpisah dari EIA, permintaan minyak AS mencapai rekor musiman pada Mei 2024 karena konsumsi bensin melonjak ke level tertinggi sejak sebelum pandemi.
Baca Juga
Sementara itu, indeks dolar AS memperpanjang penurunan pada Kamis (1/8) dari sesi sebelumnya, setelah Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga tetap stabil tetapi membiarkan peluang penurunan pada September 2024. Dolar yang lebih lemah dapat meningkatkan permintaan minyak dari investor yang memegang mata uang lainnya.