Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penggabungan BUMN Karya Dibayangi Rapor Merah Waskita (WSKT)

Kerugian Waskita pada semester I/2024 berisiko membebani keuangan Hutama Karya jelang penggabungan dua BUMN Karya ini.
Karyawan beraktivitas disekitar logo PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), Jakarta, Selasa (11/10/2022). Bisnis/Abdurachman
Karyawan beraktivitas disekitar logo PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), Jakarta, Selasa (11/10/2022). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Rapor kinerja PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) sepanjang semester I/2024 berisiko membebani postur keuangan PT Hutama Karya (Persero), seiring rencana penggabungan dua BUMN Karya itu dalam waktu dekat.

Waskita mencatatkan rugi bersih sebesar Rp2,15 triliun sepanjang semester I/2024, meningkat 4,18% dibandingkan kerugian pada periode yang sama tahun lalu yakni Rp2,07 triliun.

Salah satu penyebab kerugian Waskita adalah membengkaknya beban keuangan. Selama enam bulan pertama tahun ini, perseroan mencatatkan beban keuangan senilai Rp2,29 triliun atau meningkat 10,60% dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain itu, kinerja pendapatan usaha Waskita juga mengalami koreksi 15,19% year-on-year (YoY) menjadi Rp4,47 triliun pada semester I/2024. Penyebabnya datang dari segmen jasa konstruksi yang melemah 28,17% secara tahunan menjadi Rp3,12 triliun.

Pengamat BUMN Datanesia Institute Herry Gunawan mengatakan arus kas Waskita dari kegiatan operasi juga mengalami defisit. Pada semester I/2024, defisit kas bersih untuk aktivitas operasi mencapai Rp1,45 triliun, meningkat dari sebelumnya Rp988 miliar.

Pada saat bersamaan, kas dihasilkan dari operasi juga defisit Rp312,09 miliar. Nilai tersebut berbalik arah dari semester I/2023 yang masih mencatatkan surplus Rp1,04 triliun.

“Bebannya sudah terlalu berat. Jadi, kalau digabung dengan Hutama Karya, beban yang dipikul oleh Waskita akan ikut membebani Hutama Karya. Termasuk beban operasional yang defisit itu,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (1/8/2024).

Herry memandang bahwa beban tersebut tidak akan bisa ditanggung oleh Hutama Karya ke depan. Oleh karena itu, menurutnya rencana penggabungan sebaiknya ditunda sembari menunggu keuangan Waskita Karya kembali sehat.

“Cara ini lebih rasional. Silakan pemerintah ikut urun rembug menyelesaikan persoalan Waskita Karya, mengingat perusahaan ini juga kan banyak mendapatkan penugasan dari pemerintah. Justru jangan lepas tangan dengan menyerahkannya ke BUMN yang sehat,” tuturnya.

Berdasarkan data Kementerian BUMN, proses penggabungan antara Hutama Karya dan Waskita ditargetkan rampung pada kuartal III/2024.  Langkah penggabungan tersebut diharapkan membuat BUMN Karya memiliki spesialisasi di sektor konstruksi.

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Mahendra Sinulingga menyatakan spesialisasi di BUMN Karya bertujuan agar tidak tidak ada persaingan antarperusahaan ke depan. Upaya ini juga diyakini mampu menyehatkan keuangan tiap perseroan.

“Spesialisasi apa tujuannya? Supaya jangan ada lagi adu tender habis-habisan mereka itu, banting harga yang membuat mereka [BUMN Karya] rugi. Itu juga yang membuat industri konstruksi tidak sehat,” pungkas Arya saat ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu.

Kementerian BUMN di bawah komando Erick Thohir memiliki rencana untuk mengintegrasikan perusahaan pelat merah konstruksi, dari 7 perusahaan menjadi 3 klaster.

Selain Waskita dan HK, proses integrasi tersebut juga menyasar PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), PT PP (Persero) Tbk. (PTPP), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), PT Brantas Abipraya (Persero), dan PT Nindya Karya (Persero).

Berdasarkan skenario yang dirancang Kementerian BUMN, Adhi Karya akan menjadi induk bagi Brantas Abipraya dan Nindya Karya. Sementara itu, Waskita Karya akan bergabung menjadi anak usaha HK, sedangkan PTPP dipasangkan dengan Wijaya Karya.

_________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper