Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) menyampaikan membuka peluang untuk menurunkan suku bunga di kuartal IV/2024. Analis melihat hal ini akan menjadi salah satu pendorong bagi pergerakan IHSG.
Head of Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menjelaskan pernyataan BI tersebut memang sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter yang akan dilakukan The Fed. Menurut Audi, langkah ini terlihat mirroring dengan The Fed.
"Dari sisi dalam negeri, kami meyakini dengan inflasi yang masih terjaga dalam rentang level kurang lebih 2,5% dapat memperkuat posisi Indonesia," ujar Audi, Selasa (9/7/2024).
Audi memperkirakan inflow atau aliran modal asing dapat kembali terjadi seiring dengan pemangkasan suku bunga AS, karena saat ini hanya selisih 75 bps dengan Indonesia.
"Pada akhirnya investor akan kembali masuk ke emerging market untuk mendapatkan return yang lebih menarik," ucap Audi.
Dia melanjutkan, berdasarkan data dari CME FedWatch Tools, terdapat peluang sebesar 68% terhadap pemangkasan suku bunga Fed sebesar 25 bps di bulan September 2024. Hal tersebut menurutnya akan disusul lagi dengan pemangkasan suku bunga 25 bps di bulan Desember 2024.
Baca Juga
"Sehingga memang semester II/2024 akan menjadi peluang terjadi turnover investment kembali ke Indonesia," tuturnya.
Sebagai informasi, hingga penutupan perdagangan Senin (8/7/2024), pelemahan IHSG tersisa tinggal 0,30% secara year to date.
Meski demikian, dengan IHSG yang perlahan kembali ke zona hijau ini, investor asing secara year to date masih mencatatkan net foreign sell sebesar Rp5,21 triliun di seluruh pasar.
Akan tetapi, dalam satu bulan terakhir, aliran dana investor asing kembali masuk ke pasar modal Indonesia. Investor asing mencatatkan net buy di seluruh pasar sebesar Rp2,47 triliun.
Di tengah penguatan IHSG ini, indeks sektoral teknologi masih menjadi indeks sektoral dengan penurunan terdalam secara YTD. IDX Techno turun hingga 25,60% sejak awal tahun. Hal tersebut berbanding terbalik dengan IDX Energy yang menjadi indeks sektoral dengan laju terkencang, yaitu 16,15% sejak awal tahun.
__________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.