Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini (5/7): Emas dan CPO Redup, Batu Bara Menguat

Harga emas terpantau melemah pada perdagangan Jumat (5/7/2024). Batu bara ditutup menguat dan CPO melemah.
Tumpukan emas batangan di kantor pusat YLG Bullion International Co. di Bangkok, Thailand, Jumat (22/12/2023)/Bloomberg-Chalinee Thirasupa
Tumpukan emas batangan di kantor pusat YLG Bullion International Co. di Bangkok, Thailand, Jumat (22/12/2023)/Bloomberg-Chalinee Thirasupa

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas melemah menjelang rilisnya laporan ketenagakerjaan nonpertanian dan data pengangguran AS. Komoditas batu bara ditutup menguat dan CPO melemah. 

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot melemah 0,01% ke level US$2.356,49 pada perdagangan Jumat (5/7/2024) pada pukul 07.01 WIB.

Kemudian, harga emas Comex kontrak Agustus 2024 juga melemah 0,19% ke level US$2.365 per troy ounce pada pukul 06.51 WIB. 

Mengutip Reuters, harga emas sempat mengalami kenaikan lebih dari 1% ke level tertinggi dalam hampir dua minggu pada Rabu (5/7) yang didorong oleh meningkatnya taruhan untuk pemangkasan suku bunga pada September 2024. 

Adapun, dalam risalah sesi dua hari yang diadakan pada 11-12 Juni 2024, para pejabat The Fed pada pertemuan terakhir juga mengakui perekonomian Negeri Paman Sam tampak melambat dan tekanan harga berkurang. 

Kemudian para investor kini juga menanti laporan ketenagakerjaan nonpertanian yang akan dirilis pada Jumat hari ini (6/7) untuk mendapat kejelasan lebih lanjut mengenai pemangkasan suku bunga AS. 

Di lain sisi, baru-baru ini diketahui bahwa wilayah Yukon di Kanada mengatakan bahwa tingkat sianida yang tinggi terdeteksi di sebuah saluran air di dekat Tambang Eagle milik Victoria Gold Corp., setelah terjadi kegagalan peralatan dan tanah longsor di lokasi tersebut. 

Harga Batu Bara

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak Juli 2024 di ICE Newcastle menguat 1,11% ke level US$136,50 per metrik ton pada penutupan perdagangan Kamis (4/7). Kemudian, batu bara kontrak Agustus 2024 juga menguat 1,10% ke US$137,90 per metrik ton.

Mengutip Reuters, menurut dua pejabat pemerintah, India telah meminta perusahaan listrik untuk memesan peralatan senilai US$33 miliar atau sekitar Rp539 triliun pada 2024 guna mempercepat penambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara di tahun-tahun mendatang, untuk memenuhi permintaan listrik yang meningkat. 

Langkah ini belum pernah terjadi sebelumnya dari pemerintah, dengan menghasilkan rekor tender dalam setahun oleh perusahaan besar seperti NTPC, SJVN, Adani Power, dan Essar Power, menambah 31 gigawatt dalam 5-6 tahun ke depan.

Target bersifat ambisius, mengingat sebelumnya India hanya memesan peralatan untuk 2-3 gigawatt per tahun, kecuali tahun lalu yang mencapai 10 GW.

Adapun India tengah terburu-buru untuk menambah pembangkit listrik berbahan bakar batu bara karena hampir tidak mampu memenuhi tingginya permintaan listrik dengan armada yang ada pada jam-jam non surya. 

Harga CPO

Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada penutupan perdagangan Kamis (4/7) kontrak September 2024 melemah 15 poin ke 4.067 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia. Kemudian kontrak Juli 2024 juga melemah 17 poin ke level 4.116 ringgit per ton.

Mengutip Bernama, menurut seorang pedagang, kontrak berjangka CPO telah berakhir lebih rendah pada Kamis (4/7), dipicu kekhawatiran meningkatnya stok yang menekan sentimen.

Pedagang minyak sawit David Ng kemudian menuturkan bahwa pasar minyak kedelai  Chicago Board of Trade (CBOT) tutup pada Kamis (4/7) menimbang 4 Juli merupakan hari libur Kemerdekaan Amerika Serikat (AS).

“Kami melihat level support harga pada RM4.00 per ton dan resistensi pada RM4.150 per ton,” tuturnya. 

Kemudian, menjelang pratinjau penawaran dan permintaan Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB), kepala penelitian komoditas Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, Anilkumar Bagani, memperkirakan stok minyak sawit Malaysia pada akhir Juni 2024 meningkat 5,789% menjadi 1,854 juta ton. Peningkatan ini disebabkan oleh penurunan produksi sebesar 4% dan penurunan ekspor sebesar 10,7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper