Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sekuritas Pertimbangkan jadi Liquidity Provider, Minta Aturan Diperjelas

Sekuritas meminta agar peraturan liquidity provider dapat diperjelas oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) diketahui tengah menggodok rancangan liquidity provider atau penyedia likuiditas untuk saham-saham yang berada dalam papan pemantauan khusus. Sekuritas meminta aturan mengenai liquidity provider ini diperjelas.

Head of Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menjelaskan saat ini Kiwoom Sekuritas tengah mengkaji lebih lanjut untuk menjadi liquidity provider. Hal ini karena masih ada beberapa pertimbangan. 

Pertimbangan pertama yakni kajian tentang ketentuan untuk konstituen di dalam papan pemantauan khusus, serta mitigasi manajemen resiko dan kepatuhan. Kedua, mengenai keterkaitan emiten dengan Kiwoom Sekuritas dan juga kinerja emiten, dan ketiga, kalkulasi likuiditas emiten. 

"Kami memandang positif terkait kebijakan ini, karena berpeluang dapat membentuk kestabilan pasar dan meningkatkan volatilitas transaksi. Dari sisi AB juga memungkinkan adanya pendapatan tambahan dari transaksi spread," ujar Audi, Senin (1/7/2024). 

Meski demikian, lanjut dia, kami melihat risiko kredit dan penggunaan modal yang signifikan juga akan menjadi pertimbangan dari aktivitas sebagai liquidity provider. Dengan hal tersebut, diperlukan kesiapan yang matang untuk menjaga kesinambungan sebagai liquidity provider.

Audi menuturkan, pihaknya berpandangan tantangan untuk liquidity provider ini adalah menjaga likuiditas pasar untuk memastikan permintaan pasar tetap terpenuhi. Dalam arti, kesiapan strategi dan modal menjadi yang utama, terlebih pada saat pasar sedang dalam tren bearish.

Sementara itu, Research Analyst KB Valbury Sekuritas Steven Gunawan menuturkan Bursa memang harus berhati-hati dalam memutuskan pengajuan dari market maker ini. 

"Karena market maker itu biasanya dari security side kan, biasanya dia yang mengajukan proposalnya. Jadi memang harus dijaga konsistensinya seperti itu," ujar Steven di Jakarta, Senin (1/7/2024).

Steven berharap kebijakan liquidity provider ini tidak sampai menjadi blunder seperti kebijakan papan pemantauan khusus Full Call Auction (FCA). 

"Jadi jangan sampai kebijakan Liquidity Provider ini malah menjadi blunder seperti FCA yang kemarin itu. Walaupun memang akhirnya FCA kan direvisi berkali-kali hingga akhirnya pasar bisa menyesuaikan seperti itu. Jadi memang market maker sih diperlukan, cuma perlu belajar atau praktik dari bursa negara lain seperti apa," tutur dia.

Steven juga melihat tujuan Bursa untuk menghadirkan liquidity provider baik karena dapat menjaga likuiditas tetap tinggi. Steven memperkirakan nilai transaksi dapat meningkat hingga Rp11-Rp12 triliun setiap harinya dari keberadaan liquidity provider ini.

"Cuma skema pengaturan seperti apa, itu harus diatur sedetail mungkin supaya enggak merugikan investor retail yang memang menjadi dominan di Indonesia," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper