Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) masih optimistis terhadap prospek pasar modal pada semester II/2024. Sejauh ini, secara valuasi saham-saham yang tergabung dalam Indeks LQ45 dinilai lebih rendah dibandingkan bursa kawasan Asia Tenggara.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy mengatakan, per Jumat 28 Juni 2024, transaksi saham cukup meningkat menjadi Rp19,5 triliun dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) parkir di posisi 7.063,58.
"Kami cukup optimis dengan performa pasar modal di semester II karena jika dilihat dari PER [price earning ratio] market masih cukup undervalue dibandingkan regional exchanges," ujar Irvan dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (1/7/2024).
Secara terperinci, dia mengatakan PER LQ45 sebesar 12,40 kali, dibandingkan PER Vietnam sebesar 15,82 kali, PER Thailand sebesar 15,68 kali dan PER Malaysia 15,01 kali.
Mengacu data Bloomberg, per Jumat (28/6) kinerja indeks LQ45 melemah 8,54% secara year-to-date (YtD) ke posisi 887,73. Sebanyak 18 saham terpantau menguat, sedangkan 33 lainnya melemah.
Adapun, saham penopang indeks LQ45 yakni PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang mendorong indeks 13,49%, diikuti Bank Mandiri (BMRI) sebesar 11,24%, PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) mendorong indeks 9,62%, serta PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) masing-masing 4,89% dan 3,59%.
Baca Juga
Sementara itu, saham-saham pemberat LQ45 yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menekan indeks 25,70%, disusul PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) sebesar 20,23%, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) 19,63%, serta PT Astra International Tbk. (ASII) dan PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) menekan indeks masing-masing 8,49% dan 5,55%.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Adityo Nugroho mengatakan, price earning (PE) di Indonesia lebih rendah akibat koreksi pasar selama dua bulan lalu yang membuat harga saham-saham menjadi undervalued.
"Bisa dilihat dari saham-saham yang PE dan PBV nya di bawah rata-rata 5 tahun terakhir, meskipun kinerjanya relatif baik-baik saja, kalaupun ada penurunan laba, tapi tidak sedalam penurunan harga sahamnya, contohnya ada saham BBRI, ASII, dan SMGR," ujar Adityo kepada Bisnis, Senin (1/7/2024).
Head of Research InvestasiKu (Mega Capital Sekuritas) Cheril Tanuwijaya mengatakan, secara YtD indeks LQ45 mengalami koreksi harga signifikan dibandingkan bursa regional sehingga valuasi menjadi lebih murah.
Lebih lanjut dia mengatakan, secara umum saham-saham di sektor keuangan masih menarik di tengah mulai rebound harga, misalnya BBRI, BBCA, dan BMRI.
"Selain banking, sektor consumer staples juga masih relatif murah seperti INDF, ICBP sebagai saham defensif, potensial return 10-15%," ujar Cheril kepada Bisnis.
---------------------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.