Bisnis.com, JAKARTA — Rupiah yang terus melemah dan kebijakan pemerintah yang dinilai kurang kuat membuat pelaku pasar ragu untuk melakukan aksi beli di bursa saham, sementara PER indeks saat ini berada di level yang tepat untuk memborong saham.
“Tekanan jual masih terjadi dalam indeks. Pasar belum stabil karena melihat prospek jangka panjang Indonesia mengkhawatirkan. Peraturan Menteri juga belum jelas saat ini,” ujar Satrio Utomo, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia, Selasa (27/8).
Sementara berdasarkan data Bloomberg, price earning ratio (PER) indeks terakhir tercatat sebesar 12,59, jauh di bawah estimasi 13,66. Adapun rata-rata PER tercatat 19,94.
Menurut Satrio, meski indeks anjlok, tapi PER masih dilevel yang normal karena kondisi yang terjadi. Hal itu menunjukkan harga saham berada di level yang rendah, dan sebaiknya investor mulai menimbang aksi beli.
“Yang bisa menyelamatkan indeks saat ini adalah kondisi regional. Karena sentimen domestik saya lihat masih buruk, kecuali pemerintah punya kebijakan yang bagus untuk saat ini,” tuturnya.
Kiswoyo Adi Joe, analis PT Investa Saran Mandiri mengatakan kali ini kepanikan pasar karena neraca perdagangan dan ekspektasi data inflasi Agustus yang diatas ekspektasi.
“Terkait PER, 12,59 seharusnya jadi tanda untuk membeli saham, tapi masih baik. Normalnya di level 15 hingga 17, bandingkan dengan kondisi pada 2008 yang PER-nya mencapai 6,” ujarnya.
Pada perdagangan Selasa (27/8/2013) indeks turun 3,71% menjadi 3.967,84, terendah sejak 13 September 2012. Defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal kedua dan pertumbuhan ekonomi yang lebih buruk dari perkiraan ditambah data inflasi mendorong investor menjual saham dan mengirim rupiah ke level terlemah sejak April 2009.