Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini (26/6): Emas & Batu Bara Menguat, CPO Redup

Harga emas dan batu bara mengalami penguatan pada perdagangan Rabu (26/6/2024). Sementara CPO justru melemah.
Ilustrasi emas batangan. Dok Bloomberg
Ilustrasi emas batangan. Dok Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas emas menguat setelah tergelincir karena kenaikan dolar AS dan imbal hasil Treasury. Batu bara ditutup menguat dan harga crude palm oil (CPO) melemah. 

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot menguat 0,01% ke level US$2.319,84 pada perdagangan Rabu (26/6/2024) pada pukul 06.54 WIB. 

Kemudian, harga emas Comex kontrak Agustus 2024 juga menguat 0,02% ke level US$2.331,30 per troy ounce pada pukul 06.43 WIB. 

Mengutip Reuters, harga emas tergelincir pada Selasa (25/5/2024) terpukul oleh kenaikan dolar AS dan imbal hasil Treasury. Hal ini lantaran investor menunggu data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis pekan ini, untuk memperoleh informasi mengenai waktu pemangkasan Federal Reserve (The Fed) pada tahun ini. 

“Masih ada banyak permintaan fisik dari bank sentral dan ada permintaan dari Asia… pada akhirnya ekspektasinya adalah bahwa The Fed akan menurunkan suku bunganya dan investor sangat enggan untuk mengurangi emas,” jelas ahli strategi komoditas senior di TD Sekuritas, Ryan McKay. 

Sebelumnya, emas batangan mencapai rekor tertinggi US$2.449,89 pada 20 Mei 2024 dan telah naik 12% sepanjang tahun ini. Kenaikan didukung oleh harapan penurunan The Fed dan pembelian yang kuat oleh bank sentral kala ketegangan geopolitik. 

Minggu ini, para pedagang menantikan perkiraan produk domestik bruto kuartal pertama AS yang akan dirilis pada Kamis (27/6) dan laporan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) pada Jumat (28/6). 

Ilustrasi emas batangan
Ilustrasi emas batangan

Harga Batu Bara 

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak Juli 2024 di ICE Newcastle menguat 1,21% ke level US$133,50 per metrik ton pada penutupan perdagangan Selasa (25/6). Kemudian, batu bara kontrak Agustus 2024 menguat 0,48% ke US$137,25 per metrik ton.

Mengutip Reuters, impor batu bara Rusia dari India telah menurun, sementara pengiriman dari AS meningkat dalam tiga bulan terakhir pada Mei 2024. Menurut para pedagang, penurunan ini disebabkan oleh pasokan dari Rusia menjadi kurang kompetitif. 

Berdasarkan data Bigmint, ekspor semua jenis batu bara Rusia ke India selama periode tersebut turun 22,4% dari tahun sebelumnya menjadi 6,76 juta metrik ton. Ekspor AS naik 14,4% menjadi 6,68 juta ton pada periode yang sama.

Penurunan impor batu bara Rusia dari India didorong oleh penurunan pengiriman batu bara termal sebesar 67% secara tahunan, yang terutama digunakan untuk pembangkit listrik. Pembelian jenis-jenis batu bara untuk pembuatan baja seperti kokas, antrasit, dan batu bara injeksi (PCI) meningkat selama periode tersebut.

Adapun, India adalah pasar batu bara terbesar kedua bagi Rusia setelah China. Penurunan tersebut juga terjadi setelah sanksi baru dari Barat terhadap Rusia akibat perang di Ukraina. Namun, para pembeli meremehkan dampaknya dan mengatakan bahwa batu bara termal Rusia kurang menarik tanpa diskon yang lebih rendah di tengah penurunan harga global.

Ilustrasi komoditas batu bara. JIBI/Bisnis
Ilustrasi komoditas batu bara. JIBI/Bisnis

Harga CPO

Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada penutupan perdagangan Selasa (26/6) kontrak Agustus 2024 melemah 19 poin ke 3.855 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia. Kemudian kontrak Juli 2024 juga melemah 17 poin ke level 3.880 ringgit per ton. 

Mengutip Bernama, seorang dealer menuturkan bahwa kontrak berjangka CPO berakhir lebih rendah pada Selasa (25/6) karena melemahnya pasar minyak Chicago Board of Trade (CBOT) dan harga palm olein Dalian. 

Pedagang minyak sawit David Ng juga menuturkan bahwa sentimen pasar dipengaruhi oleh melemahnya permintaan. Ia melihat dukungan harga pada RM3.800 per ton dan resistensi pada RM3.950 per ton. 

Sementara itu, analis senior Fastmarkets Sathia Varqa menuturkan bahwa CPO berjangka merosot ke level terendah dalam lima minggu. Hal ini karena para pedagang fokus pada berkurangnya ekspor dan kerugian pada minyak nabati terkait. 

“Kerugian juga diperburuk oleh penurunan kompleks minyak nabati terkait di Bursa Komoditi Dalian dan apresiasi ringgit,” terangnya. 

Ilustrasi komoditas CPO. JIBI/Bisnis
Ilustrasi komoditas CPO. JIBI/Bisnis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper