Bisnis.com, JAKARTA - Emiten Grup Salim, PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. (IMAS) rajin menambah portofolio mobil listriknya dengan berbagai merek mulai dari China hingga Eropa. Terbaru, IMAS akan membentuk joint venture dengan produsen mobil listrik China, GAC AION.
Analis Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda mengatakan, langkah IMAS yang gencar memasarkan produk kendaraan listrik (electric vehicle/EV) itu akan berkorelasi positif terhadap kinerja keuangan perseroan serta harga sahamnya.
"Kami memperkirakan kinerja IMAS hingga akhir tahun 2024 akan tumbuh positif dari sisi top line sekitar 5-10%, maupun bottom line 15-20%. Hal itu berkaca dengan historikal laporan keuangan IMAS yang terus mencetak pendapatan dan laba yang bertumbuh," ujar Vicky kepada Bisnis, Jumat (21/6/2024).
Lebih lanjut dia mengatakan, pertumbuhan permintaan mobil listrik di Indonesia dan global menjadi katalis positif untuk kinerja IMAS. Terlebih, perseroan juga menggandeng GAC AION untuk mengembangkan mobil listrik.
Data Gaikindo menunjukkan penjualan mobil listrik mencapai 28.131 unit sepanjang Januari–Mei 2024, naik 66,39% dari 16.906 unit dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jumlah tersebut sekitar 8,39% dari total wholesales pasar domestik yang mencapai 334.969 sepanjang Januari–Mei 2024.
"Adapun katalis negatifnya yaitu persaingan yang ketat di pasar mobil listrik saat ini, harga mobil listrik yang masih tinggi dan kenaikan suku bunga serta pelemahan rupiah," katanya.
Baca Juga
Mengacu data RTI pada Jumat (21/6/2024) pukul 13.25 WIB, saham IMAS naik 0,39% ke level Rp1.285 per saham. Sementara itu, sepanjang 2024, saham IMAS melemah 7,89% secara year-to-date (YtD).
Menilik valuasinya, saham IMAS memiliki price to earning ratio (PER) 87,49 kali, sedangkan price to book value (PBV) sebesar 0,39 kali. Kapitalisasi pasar tercatat Rp5,13 triliun.
"Saham IMAS juga menarik karena memiliki kinerja yang bagus dan valuasi masih murah. Kami merekomendasikan saham IMAS trading buy dengan target harga Rp1.300 per saham," pungkas Vicky.
Sebelumnya, Direktur Utama IMAS Jusak Kertowidjojo mengatakan, alasan perseroan melirik produsen asal China untuk memperkuat portofolio kendaraan listrik (electric vehicle/EV), sebab Negeri Tirai Bambu tersebut jauh lebih maju dalam hal ekosistem EV.
Lebih lanjut Jusak mengatakan bahwa saat ini banyak negara-negara maju sudah mulai meninggalkan mobil berbahan bakar BBM (internal combustion engine/ICE). Alhasil, perseroan mulai lebih giat melakukan penetrasi ke kendaraan listrik untuk mengikuti perkembangan yang terjadi di industri otomotif saat ini.
"Jadi kami adalah basically perusahaan yang melakukan penjualan di otomotif, jadi mau tidak mau kami harus masuk ke kendaraan yang berbasis EV, dan saat ini yang terkuat di dunia dengan portfolio yang paling besar adalah memang dari China," ujar Jusak dalam paparan publik IMAS, Kamis (20/6/2024).
Sebelum meluncurkan AION Y Plus, Indomobil sudah terlebih dahulu meluncurkan mobil listrik Citroen E-C3. Kemudian masih ada teknologi hybrid dari Great Wall Motors (GWM) asal China, melalui produk Tank 500 HEV, dan Haval H6 HEV.
Alhasil, IMAS pun berkomitmen untuk menghadirkan lebih banyak lagi merek mobil listrik di Indonesia.
---------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.