Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pabrik Jumbo Grup Sinarmas INKP Mundur dari Target Awal

Grup Sinarmas INKP melakukan penyesuaian nilai investasi dan target operasional pabrik kertas baru Karawang
Jajaran Direksi dan Komisaris PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun buku 2023, Rabu (19/6/2024). RUPST menyetujui pembagian dividen sebesar Rp50 per saham. /Bisnis-Artha Adventy.
Jajaran Direksi dan Komisaris PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun buku 2023, Rabu (19/6/2024). RUPST menyetujui pembagian dividen sebesar Rp50 per saham. /Bisnis-Artha Adventy.

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten Grup Sinarmas PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) melakukan pengurangan nilai investasi pada pabrik kertas jumbo serta penyesuaian target waktu operasional keseluruhan hingga 2027 mendatang. 

Direktur Keuangan INKP Kurniawan Yuwono mengatakan pihaknya melakukan penyesuaian nilai investasi untuk pabrik kertas di Karawang menjadi sebesar US$3 miliar atau setara Rp49,10 triliun (kurs jisdor Rp16.368) dari sebelumnya sebesar US$3,62 miliar. 

“Jadi yang Rp57 triliun atau US$3,6 miliar itu dilakukan adjustment. Diturunkan menjadi US$3 miliar untuk beberapa tahap pembangunan pabrik,” kata Kurniawan kepada Bisnis, Rabu (19/5/2024). 

Kurniawan mengatakan penyesuaian nilai investasi dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi global saat ini termasuk ekonomi global serta geopolitik. 

Dana tersebut secara lebih rinci akan digunakan untuk pembangunan tahap pertama dan kedua sebesar US$2,2 miliar hingga Rp2,3 miliar serta sisanya untuk pembangunan tahap terakhir. 

Selain penyesuaian nilai investasi, Kurniawan juga menjelaskan mundurnya rencana operasional pabrik tersebut. Sebelumnya pabrik akan memiliki kesiapan produksi yang terdiri dalam tiga tahap tergantung dengan jenis mesin pembuat kertas. 

Tahap pertama yaitu mesin yang memproduksi white paper pada kuartal III/2024, tahap kedua yaitu mesin produksi brown paper yang akan beroperasi pada kuartal IV/2024 dan tahap ketiga mesin kedua white paper di kuartal III/2025.

Namun, rencana tersebut mundur dari target awal. Kurniawan menjelaskan tahap pertama white paper akan beroperasional pada kuartal II/2025, mesin produksi brown paper yang akan beroperasi pada kuartal I/2025 serta kertas putih tahap kedua akan mundur hingga kuartal II/2027. 

“Ada beberapa penundaan, kertas brown di kuartal I/2025, kertas industri white di kuartal II/2025. Setelah itu kita lakukan kajian untuk pembangunan tahap dua kertas white, diproyeksikan pada kuartal II/2027,” lanjutnya. 

Dana Pengembangan Pabrik INKP

Kurniawan menyebutkan dana pembangunan pabrik akan berasal dari internal kas dan pinjaman bank serta penerbitan obligasi dengan rincian masing-masing sebesar 40% dan 60%. 

Sejauh ini, INKP telah melakukan beberapa kali penerbitan obligasi serta penandatanganan fasilitas kredit dengan bank terkait. 

“Kita sudah tanda tangan dengan bank sekitar awal tahun 2024, bertahap,” kata Kurniawan. 

Berdasarkan catatan Bisnis dari periode Oktober 2023 hingga saat ini, INKP menerbitkan obligasi dolar AS sebanyak empat obligasi. Teranyar, INKP menerbitkan obligasi berkelanjutan I INKP tahap IV tahun 2024 sebesar US$15 juta. 

Sebelumnya INKP menerbitkan obligasi US$ berkelanjutan I INKP Tahap III tahun 2024 dengan jumlah pokok sebesar US$7,72 juta. 

Kemudian, obligasi US$ berkelanjutan I INKP Tahap II tahun 2024 sebesar US$3,93 juta dan obligasi US$ berkelanjutan I INKP Tahap I tahun 20224 sebesar US$13,80 juta. 

Penerbitan obligasi-obligasi tersebut merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan obligasi US$ berkelanjutan tahap I dengan target dana yang dihimpun mencapai US$300 juta. 

Kurniawan menyebutkan dana untuk pembangunan pabrik akan berasal dari penerbitan obligasi berbasis US$, bukan rupiah maupun sukuk. Obligasi rupiah sebagian besar digunakan untuk refinancing dan working capital. 

Adapun belanja modal tahun ini sebagian besar digunakan untuk pembangunan pabrik tahap pertama. INKP menganggarkan belanja modal sebesar US$725 juta atau setara dengan Rp11,86 triliun. 

“Kira-kira hampir US$725 juta sudah termasuk pabrik, sisanya untuk upgrade dan maintenance pabrik lain,” tutupnya. 

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper