Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pilah-Pilih Saham LQ45 Mercy Harga Bajaj Semester II/2024

Investor dapat memanfaatkan momentum koreksi saham untuk mendapatkan saham berfundamental baik dengan valuasi murah, atau saham "Mercy harga Bajaj".
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Rabu (20/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Rabu (20/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Memasuki perdagangan semester II/2024, saham-saham yang tergabung dalam Indeks LQ45 mengalami koreksi signifikan. Investor dapat memanfaatkan momentum koreksi tersebut untuk mendapatkan saham berfundamental baik dengan valuasi murah, atau dikenal dengan istilah saham "Mercy harga Bajaj".

Mengacu data Bloomberg, kinerja indeks LQ45 melemah 8,54% secara year-to-date (YtD) ke posisi 887,73 per Jumat (28/6). Sebanyak 18 saham terpantau menguat, sedangkan 33 lainnya melemah.

Saham penopang indeks LQ45 yakni PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang mendorong indeks 13,49%, diikuti Bank Mandiri (BMRI) sebesar 11,24%, PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) mendorong  indeks 9,62%, serta PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) masing-masing 4,89% dan 3,59%.

Sementara itu, saham-saham pemberat LQ45 yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menekan indeks 25,70%, disusul PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) sebesar 20,23%, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) 19,63%, serta PT Astra International Tbk. (ASII) dan PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) menekan indeks masing-masing 8,49% dan 5,55%.

Community & Retail Equity Analyst Lead Indo Premier Sekuritas Angga Septianus mengatakan, indeks LQ45 terseret penurunan konstituen utamanya yaitu emiten perbankan, sejalan dengan sektor IDX Finance terkoreksi 6,40% YtD.

"Saham TLKM dan ASII juga terkoreksi sebagai pantauan utama bagi fund investor asing," ujar Angga kepada Bisnis, Senin (1/7/2024).

Menurutnya, untuk proyeksinya saat ini lebih menunggu sentimen secara global terkait suku bunga agar investor asing kembali masuk ke pasar Indonesia. Sejauh ini, suku Bank Sentral AS Federal Reserve masih menahan suku bunga di kisaran 5,25%-5,5%.

"Rekomendasi saham-saham sektor perbankan, big 4 banks BBCA, BBRI, BBNI, dan BMRI," pungkasnya.

Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menambahkan, terkoreksinya indeks LQ45 sebesar -8,72% secara YtD, khususnya disebabkan tekanan dari saham sektor keuangan.

Menurutnya, sepanjang semester I/2024, LQ45 cenderung tertekan dengan terjadi outflow dan atau perpindahan aset investasi akibat dari sentimen makro, di antaranya pelemahan rupiah dan suku bunga tertahan di level tinggi untuk waktu yang lebih panjang, karena LQ45 didominasi emiten yang sensitif terhadap makro ekonomi.

Meski demikian untuk semester II/2024, dia mengatakan terdapat beberapa sentimen yang akan mendorong pergerakan LQ45. Pertama, potensi pelonggaran kebijakan moneter yang lebih cepat.

"Kedua, stabilitas pergerakan nilai rupiah dan ekonomi Indonesia, serta ketiga, siklus ekonomi atau penguatan harga komoditas di akhir tahun seiring transisi pemerintahan Indonesia," ujar Audi kepada Bisnis.

Rekomendasi Saham LQ45

Audi mengatakan, ada beberapa sektor yang masih memiliki fundamental kuat dan harga sudah turun di sepanjang semester I/2024, seperti keuangan, infrastruktur, industri dan energi.

Saham-saham LQ45 pilihan Kiwoom Sekuritas di antaranya yakni rekomendasi buy untuk BMRI dengan target price (TP) Rp7.350, disusul saham ASII rekomendasi buy dengan TP Rp5.418. Berturut-turut saham yang direkomendasikan yaitu EXCL (buy TP: Rp2.582), MEDC (buy TP: Rp1.596) dan HRUM, (buy TP: Rp1.505).

Setali tiga uang, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menambahkan, terlepas dari PER LQ45 yang undervalue, namun prospek LQ45 tetap bergantung pada perekonomian secara global dan dalam negeri.

"Apabila prospek baik di masa yang akan datang didukung oleh membaiknya fundamental, tentu harga saham akan kembali mengalami kenaikan, setelah penurunan terjadi," ujarnya kepada Bisnis, Senin (1/7/2024).

Menurut Nico, sejauh ini ditinjau secara global, data inflasi dan ketenagakerjaan Amerika Serikat mulai kian terkendali. Hal ini tentu saja memberikan dorongan positif bagi IHSG dan pasar obligasi hari ini yang mulai mengalami kenaikan, dan hal ini juga menjadi kabar baik bagi saham-saham konstituen LQ45.

"Meskipun secara YtD, LQ45 masih mencatatkan -8,8%, namun dalam sepekan terakhir LQ45 mulai mengalami kenaikan hingga 2,52%," pungkas Nico.

Pilarmas Investindo Sekuritas menjagokan saham saham perbankan, consumer non-cyclical, infrastruktur, di antaranya yaitu:

  • BBCA TP Rp11.000
  • BBRI TP Rp5.900
  • BBNI TP Rp6.000
  • BMRI TP Rp7.400
  • BRIS TP Rp2.900
  • ICBP TP Rp13.100
  • INDF TP Rp7.600
  • TLKM TP Rp4.100
  • EXCL TP Rp3.000
  • ACES TP Rp1.000

BEI Optimistis

Bursa Efek Indonesia (BEI) masih optimistis terhadap prospek pasar modal pada semester II/2024. Sejauh ini, secara valuasi saham-saham yang tergabung dalam Indeks LQ45 dinilai lebih rendah dibandingkan bursa kawasan Asia Tenggara.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy mengatakan, per Jumat 28 Juni 2024, transaksi saham cukup meningkat menjadi Rp19,5 triliun dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) parkir di posisi 7.063,58.

"Kami cukup optimis dengan performa pasar modal di semester II karena jika dilihat dari PER [price earning ratio] market masih cukup undervalue dibandingkan regional exchanges," ujar Irvan dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (1/7/2024).

Secara terperinci, dia mengatakan PER LQ45 sebesar 12,40 kali, dibandingkan PER Vietnam sebesar 15,82 kali, PER Thailand sebesar 15,68 kali dan PER Malaysia 15,01 kali.

--------------------------------- 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Thomas Mola
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper