Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyeksi IHSG Dibayangi Suku Bunga The Fed dan Aksi Jual Investor Asing

IHSG masih akan tertekan aksi jual investor asing yang berfokus pada kebijakan suku bunga The Fed.
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Senin (10/6/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Senin (10/6/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang diproyeksikan masih akan tertekan aksi jual investor asing akibat pelaku pasar masih berfokus pada kebijakan The Fed bernada hawkish serta keraguan atas ketahanan  fiskal Indonesia. 

Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata mengatakan saat ini asing secara konsisten mencatatkan jual bersih yang membuat IHSG sulit rebound lebih tinggi dalam waktu dekat. Sentimen market regional yaitu data CPI AS yang lebih rendah tidak dapat menopang rebound IHSG. 

“Kiblat pasar saat ini mau tak mau harus diakui berasal dari AS, terlebih dalam kaitannya dengan kebijakan moneter The Fed yang masih  kental bernarasi hawkish. Selain itu, pasar saham Indonesia seolah kehilangan daya tariknya secara asing meragukan ketahanan  fiskal Indonesia,” kata Liza kepada Bisnis, Kamis (13/6/2024). 

Liza menjelaskan keraguan investor asing adalah terkait ketahanan fiskal Indonesia dalam menyambut rencana makan siang dan susu gratis dari presiden terpilih Prabowo. Kemudian susunan kabinet dan road map rencana kerja pemerintah akan menjadi fokus para pelaku pasar, terlebih memantau siapa menteri keuangan RI berikutnya. 

Di sisi lain, IHSG semakin tertekan oleh sentimen domestik yaitu kebijakan FCA atau full cal auction. Liza mengatakan IHSG dihadapkan dengan batu sandungan FCA yang dikenakan kepada saham indeks mover berkapitalisasi besar seperti PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN). 

Hal tersebut karena pasar khawatir dengan masalah likuiditas atas saham BREN. Maka tak heran, kata Liza, gerakannya jadi sangat volatil belakangan hari ini dan membuat IHSG menjadi roller coaster. 

“Sedangkan di sektor lain yang lebih stabil seperti finansial atau saham bluechips lainnya juga belum ada katalis yang benar-benar bisa menopang IHSG,” kata dia. 

Secara teknikal, Liza menyebut belum begitu yakin IHSG menemukan supportnya di sekitar posisi saat ini meski terdapat potensi pelemahan terbatas atau limited downside potential di area 6.800-6.750 berkat indikator RSI positive divergence. 

“Artinya walau IHSG terus membuat new Low  belakangan hari ini tapi sepertinya buying momentum mulai picking-up,” lanjutnya. 

Dihubungi terpisah, Community Lead Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus menyebutkan saat ini penurunan suku bunga The Fed cenderung di bawah ekspektasi. Hal tersebut karena awalnya pasar memperkirakan akan turun sebanyak 3 kali tahun ini menjadi hanya 1 kali. 

“Jadi dengan penurunan 1x dan opini Jerome Powell yang mengatakan bahwa perlu konfirmasi lebih jauh untuk menurunkan suku bunga, maka ini menjadi pertimbangan pasar,” kata Angga kepada Bisnis. 

Angga menjelaskan saat ini, investor asing masih terlihat mencatatkan aksi jual di saham perbankan selain karena suku bunga The Fed namun terkait juga pelemahan rupiah. Dia mengatakan kondisi suku bunga yang lebih tinggi dalam waktu lama (higher for longer) maka investor akan berlomba masuk ke aset yang berisiko kecil seperti obligasi. 

Sementara untuk IHSG sendiri, Angga memproyeksikan pergerakannya sekitar area 6.700-6.800 sampai 7.100 sampai akhir tahun nanti. 

“Untuk naik kembali ke 7.400 perlu katalis fundamental positif agar dapat naik ke level lagi,” kata dia. 

Rekomendasi Saham Juni 2024

Sejumlah saham menarik untuk dilirik di tengah kondisi suku bunga, pelemahan rupiah dan tekanan jual investor asing saat ini. Saham-saham tersebut seperti perbankan dan beberapa saham dengan valuasi kecil. 

Angga merekomendasikan saham perbankan dengan valuasi yang cukup rendah serta saham-saham yang bagi dividen tiap tahun. Saham tersebut mungkin dapat dicicil secara bertahap. 

“Ada banking yaitu BBRI, BBCA, BBNI, BMRI, serta ADRO dan PTBA yang rutin membagi dividen,” kata dia. 

Investor juga perlu menghindari saham-saham yang beban keuangan besar di laporan keuangan karena akan terbebani suku bunga tinggi seperti saham telekomunikasi, dan pertambangan dengan jumlah liabilitas yang besar. 

Senada Liza juga mengatakan untuk memperhatikan saham-saham perbankan seperti bluechips BBRI, BMRI, BBNI, BBCA yang akan rebound secara teknikal. 

“Untuk sektor komoditas intip MEDC dan lihat juga harga crude oil,” kata Liza. 

--------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper