Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Kembali Jatuh ke Level Terendah dalam Empat Tahun Terakhir

Dilansir Bloomberg, rupiah turun 0,5% ke level 16.293 per dolar AS pada perdagangan Rabu (5/6/2024), level terendah sejak April 2020.
Ilustrasi utang pemerintah Indonesia dalam mata uang rupiah dan dolar AS. JIBI/Himawan L Nugraha. rn
Ilustrasi utang pemerintah Indonesia dalam mata uang rupiah dan dolar AS. JIBI/Himawan L Nugraha. rn

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menyentuh level terendah baru dalam empat tahun terakhir, seiring dengan langkah investor untuk menahan carry trade di emerging market sehingga mendorong bank sentral untuk melakukan intervensi pasar.

Dilansir Bloomberg, rupiah turun 0,5% ke level 16.293 per dolar AS pada perdagangan Rabu (5/6/2024), level terendah sejak April 2020. Penurunan ini membawa rupiah berada pada level yang lebih rendah ketimbang posisi yang mendorong Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate pada April 2024.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Edi Susianto mengatakan bank sentral melakukan intervensi baik di pasar spot maupun pasar non-deliverable forward domestik untuk menahan pelemahan rupiah.

"BI akan memastikan keseimbangan pasokan dan permintaan valas dengan masuk ke pasar," ujarnya sebagaimana dikutip dari Bloomberg.

Gubernur BI Perry Warjiyo juga menyatakan akan melanjutkan upaya untuk menjaga kestabilan nilai tukar dan membendung arus modal asing keluar dari pasar di tengah volatilitas. Perry memprediksi rupiah menguat ke kisaran 15.300 hingga 15.700 per dolar AS pada 2025.

Pembagian dividen serta musim haji, ditambah dengan penyemputan surplus neraca dagang ditengarai sebagai penyebab pelemahan rupiah. Rupiah pun menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di pasar emerging Asia kuartal ini setelah Peso Filipina.

"Kekhawatiran terhadap melemahnya pasar negara berkembang terus membebani rupiah," ujar Moh Siong Sim, ahli strategi valas di Bank of Singapore.

Dia menambahkan nilai tukar rupiah masih cukup menantang dalam waktu dekat, terutama di tengah pembagian dividen oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia yang berlangsung hingga pertengahan Juli tahun ini.

Para pelaku pasar juga sedang menunggu data ekonomi penting AS pada pekan ini, termasuk data non-farm payrolls, untuk memandu arah pergerakan rupiah. Pasalnya, rupiah merupakan salah satu mata uang Asia yang sensitif terhadap pergerakan dolar AS.

Ahli Strategi Valas Malayan Banking Bhd. Alan Lau menambahkan pihaknya tetap berhati-hati pada kenaikan risiko nilai tukar rupiah terhadap dolar.

"Namun, kami juga menyadari kemungkinan bahwa rilis data ekonomi AS yang melunak dapat menekan dolar dan menguatkan rupiah," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper