Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas terpantau variatif menjelang rilisnya data inflasi Amerika Serikat (AS), sedangkan harga batu bara ditutup menguat dan crude palm oil (CPO) melesu.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot menguat 0,03% ke level 2.343,67 pada perdagangan Jumat (31/5/2024) pada pukul 07.16 WIB. Kemudian, harga emas Comex kontrak Agustus 2024 melemah 0,08% ke level US$2.364,50 per troy ounce pada pukul 07.05 WIB.
Mengutip Livemint, harga emas pada Kamis (30/5) sedikit meningkat karena dolar dan imbal hasil Treasury AS menurun, menyusul data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang optimistis, sehingga memicu ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) mungkin akan menerapkan penurunan suku bunga pada akhir 2024.
VP Research Analyst, Komoditas dan Mata Uang, LKP Securities, Jateen Trivedi juga menuturkan bahwa indikasi suku bunga yang lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, mendorong dolar dan memberikan tekanan pada harga emas. Hal ini juga mengarah pada pemesanan keuntungan dan peningkatan volatilitas.
“Rilis indeks harga PCE yang akan datang pada hari Jumat diperkirakan akan menjadi pemicu utama pergerakan harga, karena inflasi tetap menjadi perhatian yang signifikan,” jelasnya.
Berdasarkan CME FedWatch Tool, para trader kini menilai sekitar 52% kemungkinan penurunan suku bunga The Fed pada September 2024.
Baca Juga
Harga Batu Bara
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak Juni 2024 di ICE Newcastle menguat 0,25% ke level US$140,25 per metrik ton pada penutupan perdagangan Kamis (30/5). Kemudian, batu bara kontrak Juli 2024 menguat 0,77% ke US$143,20 per metrik ton.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menuturkan bahwa Indonesia masih ketergantungan terhadap komoditas batu bara, di tengah adanya usaha untuk melakukan pensiun dini atau phase down Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Boby Wahyu Hernawan dengan mengatakan bahwa suntik mati PLTU bukanlah hal yang mudah. Lebih lagi, komoditas ini memiliki harga yang cukup murah untuk operasional industri.
Di lain sisi, mengutip Energyworld, Coal India, perusahaan BUMN India pada Selasa (28/5) mengumumkan pendirian anak perusahaannya, Bharat Coal Gasification and Chemicals Ltd (BCGCL) untuk menjalankan bisnis batu bara menjadi bahan kimia. Adapun, diketahui bahwa Coal India menyumbang lebih dari 80% produksi batu bara dalam negeri.
Harga CPO
Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada penutupan perdagangan Kamis (30/5) kontrak Agustus 2024 melemah 40 poin ke 3.994 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia. Berikutnya, kontrak Juni 2024 juga ditutup melemah 51 poin menjadi 3.977 ringgit per ton.
Mengutip Bernama, pedagang minyak sawit David Ng mengatakan kontrak berjangka CPO telah berakhir lebih rendah pada Kamis (30/5) karena melemahnya kontrak berjangka minyak kedelai pada harga Chicago Board of Trade (CBOT) dan harga palm olein Dalian.
"Kami melihat harga terdukung dengan baik di atas RM3.900 per ton, namun menghadapi hambatan krusial di kisaran RM4.050 per ton," jelasnya.
Kemudian, kepala riset komoditas Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, Anilkumar Bagani, mengatakan melemahnya harga minyak mentah juga menjadi kekhawatiran bagi minyak sawit karena telah melemahkan margin biofuel.
Dia menuturkan bahwa harga minyak sawit pada perdagangan kemarin juga lebih tinggi dan pemulihan ini terjadi karena adanya peningkatan kinerja ekspor minyak sawit Malaysia. Perlambatan laju produksi juga dinilai sebagai kunci di balik kekuatan minyak sawit.