Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia menyadari akan ada turbulensi yang menghantam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) setelah PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) mengalami auto reject bawah (ARB) usai masuk papan pemantauan khusus (PPK).
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy mengatakan IHSG akan mengalami sedikit guncangan setelah pihaknya memasukkan BREN ke dalam papan pemantauan khusus. Akibatnya, saham EBT itu kini ditransaksikan dengan skema full call auction selama sebulan.
“Turbulensi kecil-kecil menurut saya wajar saja sebagai respon atas perkembangan pasar dan kinerja. Saya yakin market akan melakukan penyesuaian terkait perubahan-perubahan yang terjadi baik secara makro, mikro, regional ataupun global,” katanya. Rabu (29/5/2024).
Adapun, IHSG ditutup anjlok 1,56% atau 113,39 poin ke level 7.140,22 pada perdagangan Rabu (29/5/2024). Saham-saham milik Prajogo Pangestu seperti BREN, BRPT, CUAN, dan PTRO turun ke zona merah hari ini.
Berdasarkan data Bloomberg, sebanyak 186 saham menguat, 364 saham melemah, dan 235 saham stagnan hari ini. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 7.127,20-7.282. Kapitalisasi pasar IHSG tercatat turun menjadi Rp12.263 triliun.
Saham Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) yang masuk ke papan pemantauan khusus menjadi salah satu saham yang melemah pada sore ini. Saham BREN turun 10% atau mengalami auto reject bawah ke level Rp10.125 per saham.
Baca Juga
Selain itu, saham Prajogo Pangestu lainnya BRPT juga melemah 8,97%, PTRO terjun ke zona merah 17,47%, dan CUAN ikut melemah 2,56% pada penutupan perdagangan hari ini.
Selain saham-saham mili Prajogo Pangestu, saham-saham lainnya juga tercatat melemah hari ini seperti BBRI yang turun 2,65%, BBCA melemah 1,61%, BMRI terjun 2,52%, dan GOTO turun 4,05% hari ini.
Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas menuturkan sentimen bagi IHSG datang dari eksternal yaitu kenaikan imbal Treasury AS bertenor 10 tahun. Imbal hasil Treasury AS tersebut naik hampir 10 basis poin menjadi 5,545% sehingga pelaku pasar menahan diri masuk ke asset keuangan saham.
Kenaikan imbal hasil tersebut merupakan dampak dari sikap petinggi The Fed, tepatnya Presiden Fed Minneapolis Kashkari yang mengatakan tidak akan mengesampingkan kenaikan suku bunga tambahan jika tekanan inflasi muncul kembali.