Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gokil! Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah, Tembus US$2.440

Harga emas kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa usai tembus US$2.440 per ons
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk. Harga emas dunia mendekati level US$2.000 per troy ounce dan diperkirakan akan terus menguat seiring dengan pelemahan dolar AS./Bloomberg
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk. Harga emas dunia mendekati level US$2.000 per troy ounce dan diperkirakan akan terus menguat seiring dengan pelemahan dolar AS./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas melonjak ke level tertinggi sepanjang masa, didorong oleh meningkatnya optimisme bahwa Federal Reserve (The Fed) akan mulai melonggarkan kebijakan moneter tahun ini akibat memanasnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Dilansir dari Bloomberg pada Senin (20/5/2024), harga emas melonjak sebanyak 1,1% mencapai US$2,440.59 per ons di awal waktu Asia, melampaui rekor intraday sebelumnya yang dicapai pada April 2024.

Para pedagang  telah meningkatkan taruhan dalam beberapa sesi terakhir bahwa Federal Reserve dapat mengurangi biaya pinjaman pada awal September, sebuah skenario yang akan mendukung emas karena tidak membayar bunga.

Pekan lalu, dolar AS jatuh dan Treasury menguat setelah data yang dirilis pada Rabu pekan lalu menunjukkan inflasi pada bulan April turun lebih dari yang diperkirakan. Hal ini memberikan dukungan untuk logam mulia yang dihargakan dalam greenback.

Status logam mulia ini menjadi sorotan pada hari Senin (20/5/2024) setelah sebuah helikopter yang membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi jatuh di tengah kabut tebal pada hari Minggu (19/5/2024).

Berita ini menambah rasa meningkatnya risiko geopolitik di seluruh wilayah, setelah sebuah kapal tanker minyak yang terikat dengan China dihantam oleh rudal Houthi di Laut Merah pada hari Sabtu.

“Reli emas didorong oleh berita dengan ketidakpastian tentang apa yang terjadi di Iran. Pasti ada unsur melompat ke kesimpulan berdasarkan informasi yang sangat sedikit,” katanya kata Nicholas Frappell, kepala pasar institusional global di ABC Refinery di Sydney.

Dia menambahkan investor cenderung enggan untuk memudarkan posisi mengingat tingkat likuiditas yang lebih rendah di Asia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper