Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas telah mengkilap akibat adanya stimulus China dan mencatatkan penguatan dalam sepekan. Harga crude palm oil (CPO) juga menguat dalam sepekan, sedangkan batu bara melemah.
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak Mei 2024 di ICE Newcastle ditutup melemah 1,39% pada level US$141,50 per metrik ton pada penutupan perdagangan Jumat (17/5/2024), mencatatkan pelemahan 2,01% dalam sepekan.
Kemudian, batu bara kontrak Juli 2024 juga melemah 1,11% ke US$142,15 per metrik ton. Kontrak ini telah melemah 1,28% dalam sepekan.
Mengutip Bigmint, Biro Statistik Nasional China melaporkan bahwa produksi batu bara mentah industri pada Januari-April 2024 mencapai 1.480 juta ton, mencatat penurunan sebesar 3,5% dibandingkan tahun sebelumnya.
Produksi batu bara mentah industri pada April 2024 mencapai 370 juta ton, turun sebesar 2,9% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan rata-rata produksi harian sebesar 12,39 juta ton.
Kemudian, mengutip Reuters, batu bara menyumbang rata-rata pangsa Amerika Serikat (AS) sebesar 15,6% dari total pembangkit listrik pada April 2024. Porsi ini masih lebih besar dibandingkan pangsa energi listrik dalam bentuk energi terbarukan, pada periode tersebut.
Selain itu, pembangkit listrik tenaga batu bara secara rutin meningkat mulai dari kini hingga September 2024, karena perusahaan listrik meningkatkan pasokannya untuk memenuhi meningkatnya permintaan listrik untuk AC, selama bulan-bulan terpanas tahun ini.
Harga Emas
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot telah ditutup menguat 1,61% ke level 2.415,22 pada penutupan perdagangan Jumat (17/5), mencatatkan penguatan sebesar 2,29% dalam sepekan pada minggu lalu.
Kemudian, harga emas Comex kontrak Juni 2024 menguat 1,34% ke level US$2.417,40 per troy ounce, dan sebelumnya telah menguat 1,79% pada pekan lalu.
Mengutip Reuters, kepala strategi komoditas di TD Securities Bart Melek mengatakan bahwa emas pada perdagangan Jumat (17/5) telah bergerak lebih tinggi. Menurutnya, hal ini terjadi karena adanya stimulus China.
Pasar telah terangkat ketika konsumen utama logam logam industri dan juga emas, China, mengumumkan langkah-langkah penting untuk menstabilkan sektor properti yang terkena krisis.
"Pada akhirnya emas merespons gagasan bahwa inflasi AS mungkin terkendali. Pembicaraan apa pun mengenai suku bunga tinggi yang berkepanjangan akan dimitigasi," tutur Melek.
Di lain sisi, berdasarkan data Fedwatch, para pedagang memperkirakan pemotongan suku bunga The Fed sebesar dua perempat poin pada tahun ini, dengan November 2024 sebagai titik awal yang paling memungkinkan.
Harga CPO
Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada perdagangan Jumat (17/5) kontrak Agustus 2024 menguat 86 poin ke 3.890 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia, mencatatkan penguatan sekitar 2,39% dalam sepekan.
Kemudian, kontrak Juni 2024 juga ditutup menguat 73 poin menjadi 3.896 ringgit per ton, menguat sekitar 1,35% dalam sepekan.
Mengutip Bernama, CPO diperkirakan diperdagangkan sideways dengan bias bearish pada minggu ini, yang berkisar antara RM3.800-RM3.950 per ton.
Pedagang minyak sawit David Ng menuturkan bahwa hal ini terjadi karena ekspektasi lemahnya ekspor dan peningkatan produksi dalam beberapa minggu mendatang.
“Harga didukung dengan baik di atas RM3.800 per ton, dengan tekanan harga yang kuat sekitar RM3.908 per ton,” tuturnya kepada Bernama.
Pada minggu lalu, diketahui terdapat dukungan pembelian yang besar dari India dan China, sehingga memperkuat sentimen pasar untuk CPO. Kenaikan harga minyak kedelai baru-baru ini juga mendukung minyak sawit.