Bisnis.com, JAKARTA - Emiten Grup Bakrie, PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR) akan melakukan kuasi reorganisasi untuk mengeliminasi saldo defisit perseroan. Hal itu memungkinkan perseroan untuk membagikan dividen kepada pemegang sahamnya.
Direktur & Chief Financial Officer (CFO) BNBR Roy Hendrajanto mengatakan dengan aksi korporasi ini, perseroan dapat memulai awal yang baru dengan neraca keuangan yang menunjukkan saldo laba tanpa dibebani defisit masa lampau. Mengacu laporan keuangan 2023, BNBR mengalami defisit sebesar Rp19,53 triliun.
“Kuasi reorganisasi ini dilakukan untuk memperbaiki kondisi laporan posisi keuangan konsolidasian perseroan agar dapat menunjukkan posisi keuangan yang lebih baik dan performa perseroan tanpa dibebani defisit masa lalu,” kata Roy dalam keterangannya, Rabu (15/5/2024).
Menurutnya, aksi korporasi itu bertujuan untuk memperbaiki struktur ekuitas perseroan dengan mengeliminasi akumulasi rugi (defisit) dengan menggunakan komponen ekuitas lain seperti agio saham, selisih transaksi dengan pihak non-pengendali dan penurunan modal saham.
Lebih lanjut dia mengatakan, dengan kondisi neraca keuangan yang tidak dibebani defisit masa lampau, maka BNBR diharapkan akan lebih mudah memperoleh pendanaan, jika diperlukan, dalam rangka pengembangan usaha.
"Dengan tidak adanya saldo defisit, maka akan dapat memberikan dampak positif bagi para pemegang saham karena perseroan dapat membagi dividen sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk Undang-undang Perseroan Terbatas [UUPT]," jelasnya.
Baca Juga
Selain itu, kuasi reorganisasi menurutnya dapat meningkatkan minat dan daya tarik investor untuk memiliki saham perseroan, sehingga diharapkan juga akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham BNBR. Pasalnya, saham BNBR masih stagnan di level Rp50 alias gocap hingga perdagangan Rabu (15/5/2024).
Untuk memuluskan rencana aksi korporasi tersebut, BNBR akan meminta restu kepada pemegang saham Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang rencananya akan diselenggarakan pada Jumat, 21 Juni 2024.
Rangkaian aksi korporasi berupa kuasi reorganisasi BNBR ini, sesuai jadwal akan dirampungkan pada akhir Agustus 2024. Adapun langkah BNBR tersebut mengikuti jejak Grup Bakrie lainnya yakni PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) yang telah lebih dulu merencanakan kuasi reorganisasi.
Mengacu laporan keuangan di laman BEI, laba bersih BNBR turun 10,77% secara year-on-year (YoY) menjadi Rp237,46 miliar hingga akhir 2023, dibanding laba 2022 sebesar Rp266,13 miliar.
Meskipun begitu, pendapatan BNBR terpantau naik 3,66% menjadi Rp3,75 triliun pada 2023, dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,62 triliun.
Secara terperinci berdasarkan segmen, pendapatan BNBR ditopang dari infrastruktur dan manufaktur sebesar Rp3,46 triliun, diikuti jasa fabrikasi dan konstruksi sebesar Rp170,56 miliar, serta segmen perdagangan, jasa dan investasi sebesar Rp120,07 miliar.
Roy mengatakan, BNBR mengembangkan portofolio bisnis baru berbasis teknologi dan berfokus pada ESG yang berpotensi menjadi sumber pendapatan baru perseroan di masa
mendatang. Perseroan telah mengembangkan portofolio bisnis yang bergerak di bidang pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT), kendaraan listrik beserta komponen otomotif, dan teknologi cepat bangun (3D printing konstruksi dan rumah prefab).
"Hingga 3 tahun ke depan, perseroan menargetkan CAGR sebesar 16,6% dengan porsi pendapatan terkonsolidasi sebesar 40,8% dari sektor pipa baja, 5,6% dari sektor fabrikasi baja, 4,1% dari sektor infrastruktur dan pendukung infrastruktur,” pungkasnya.