Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Tertekan Dolar AS Jelang Rilis Data Inflasi dan CPI AS

Rupiah ditutup melemah 0,12% atau 19 poin ke posisi Rp16.100 per dolar AS pada perdagangan Selasa (14/5/2024).
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Selasa (5/9/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Selasa (5/9/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah ditutup melemah ke level Rp16.100 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa (14/5/2024).

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah ditutup melemah 0,12% atau 19 poin ke posisi Rp16.100 per dolar AS. Adapun indeks dolar terpantau naik ke level 105,24 atau menguat 0,14%.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang turun 0,15%, dolar Singapura melemah 0,03%, won Korea melemah 0,05%, dan yuan China melemah 0,06%. 

Kemudian baht Thailand naik 0,15%, rupee India naik 0,01%, ringgit Malaysia naik 0,30%, dan peso Filipina naik 0,02%. 

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan Dolar AS menguat sedikit pada hari Senin, berkonsolidasi setelah perubahan baru-baru ini karena fokus beralih ke data inflasi AS yang akan datang untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai suku bunga.  

“Para analis memperkirakan laporan CPI yang penting pada hari Rabu akan menunjukkan kenaikan inflasi sebesar 3,6% dari tahun ke tahun, yang akan menjadi kenaikan terkecil dalam tiga tahun terakhir,” kata dia dalam riset harian, dikutip Selasa (14/5/2024). 

Kedua data tersebut kemungkinan besar akan menjadi faktor dalam prospek suku bunga AS, setelah data inflasi yang terlalu panas sepanjang kuartal pertama membuat pasar sebagian besar tidak memperhitungkan sebagian besar spekulasi penurunan suku bunga tahun. ini.

Selain itu, pasar gelisah terhadap China setelah pengembang properti besar lainnya, dalam hal ini Agile Group Holdings Ltd gagal membayar obligasinya. Gagal bayar ini sebagian besar mengimbangi optimisme atas membaiknya inflasi di Tiongkok, serta pengumuman Beijing baru-baru ini mengenai rencana penerbitan obligasi besar-besaran senilai 1 triliun yuan (US$138 miliar). 

Selain itu, surplus neraca perdagangan Indonesia pada April 2024 diperkirakan menyusut dibandingkan dengan capaian surplus pada bulan sebelumnya, berada di kisaran US$3,5 miliar hingga US$4 miliar. Penyebabnya memperkirakan kinerja baik ekspor maupun impor akan mengalami penurunan pada April 2024. 

Surplus yang menyusut terutama dipengaruhi oleh ketidakpastian perekonomian di global, juga hari kerja yang lebih pendek di dalam negeri karena adanya libur Lebaran. Lebih lanjut, penyusutan surplus juga akan dipengaruhi oleh penurunan nilai ekspor yang lebih besar dibandingkan impor. 

Sementara itu, pada perdagangan besok, Rabu (15/5/2024) Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah fluktuatif tetapi ditutup melemah di rentang Rp16.90 - Rp16.150 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper