Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Turun ke Rp16.081 per Dolar AS

Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp16.081 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Senin (13/5/2024).
Karyawan menunjukan uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp16.081 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Senin (13/5/2024). Sejumlah data ekonomi yang dirilis pekan ini menjadi fokus pasar saat ini.

Berdasarkan data RTI Business, rupiah menutup perdagangan hari ini dengan turun sebesar 0,21% atau 34 poin ke posisi Rp16.081 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS terpantau stagnan di level 105.108. 

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,06%, won Korea turun 0,02%, peso Filipina melemah 0,76%, rupee India turun 0,04%, yuan China tergerus 0,11%, dan baht Thailand melemah 0,13%. 

Adapun mata uang yang naik terhadap dolar AS adalah ringgit Malaysia 0,01%, dolar Taiwan 0,01%, dolar Singapura 0,03% dan dolar Hong Kong sebesar 0,02%. 

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan sebagian besar pedagang tetap bias terhadap greenback menjelang data indeks harga produsen untuk bulan April akan dirilis pada hari Selasa. 

“Sementara itu, data indeks harga konsumen yang lebih diawasi akan dirilis pada hari Rabu, akan menjadi fokus utama, mengingat hal tersebut kemungkinan akan menjadi faktor dalam prospek suku bunga AS,” kata Ibrahim dalam riset harian, Senin (13/5/2024). 

Para pedagang juga mewaspadai China setelah laporan pekan lalu mengatakan pemerintahan Biden sedang mempersiapkan lebih banyak tarif perdagangan terhadap negara tersebut, terutama pada sektor kendaraan listrik. Langkah ini dapat memicu kembali perang dagang antara negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunia.

Selain itu, Bank Sentral Eropa telah menjanjikan penurunan suku bunga pada tanggal 6 Juni, namun terdapat ketidakpastian mengenai berapa banyak penurunan suku bunga lebih lanjut yang akan disetujui oleh bank sentral pada tahun ini. Pasar saat ini memperkirakan kenaikan suku bunga sebesar 70 basis poin untuk tahun ini.

Ibrahim juga menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh resilien. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2024 yang tumbuh sebesar 5,11%, lebih tinggi dari kuartal IV/2023 yang sebesar 5,04%, yang disokong oleh momentum Ramadan dan Lebaran 2024, juga adanya gelaran pemilu 2024, yang akhirnya meningkatkan konsumsi domestik.

Kuatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia ini tercermin dari PMI Manufaktur Indonesia pada April 2024 mencapai 52,9. Di februari 2024, jumlah penduduk yang bekerja mencapai 142,18 juta jiwa, atau meningkat sebesar 3,5 juta jika dibandingkan dengan Februari 2023 yang sebesar 138,63 juta jiwa.

Pada perdagangan besok, Selasa (14/5/2024) Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp16.060 - Rp16.130 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper