Bisnis.com, JAKARTA – Memasuki Mei, saham-saham BUMN mulai berguguran, bahkan lebih dalam daripada indeks komposit. Mampukah parade dividen, menjadi katalis positif?
Secara year-to-date (YtD), kinerja indeks saham BUMN atau IDXBUMN20 turun 7,39% di saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 2,53% pada periode yang sama.
Di tengah kondisi tersebut, parade dividen yang disemarakkan oleh emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diperkirakan menjadi sentimen positif di tengah performa indeks yang melemah sepanjang tahun berjalan.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, sebanyak 11 dari 20 konstituen indeks BUMN 20 memutuskan untuk membagi dividen dari laba bersih 2023. Adapun lima emiten belum menggelar RUPS Tahunan, sedangkan sisanya tidak menebar dividen.
Toto Pranoto, Associate Director BUMN Research Group Lembaga Management Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (UI), mengatakan dividen yang dibagikan emiten BUMN memberikan sinyal bahwa kinerja pelat merah masih di jalur positif.
“Pembagian dividen jumbo BUMN bisa menjadi langkah untuk memberikan sinyal positif kepada market bahwa kinerja perusahaan pelat merah masih dalam performa prima,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Jumat (10/5/2024).
Baca Juga
Menurutnya, emiten Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yakni BBRI, BMRI, BBNI, BBTN masih akan memainkan peran penting di dalam indeks BUMN 20. Ini mengingat Himbara memiliki bobot hampir 60% dari indeks.
Di sisi lain, beberapa sektor akan menjadi pemberat indeks saham BUMN. Sebut saja sektor BUMN Karya dan perusahaan pelat merah penghasil komoditas mineral dan batu bara, yang mengalami tren menurun akibat moderasi harga komoditas.
“Sepanjang 2024, dengan situasi eksternal atau global yang kurang kondusif, kinerja emiten BUMN memang akan cukup terpengaruh negatif,” kata Toto.
Meski demikian, dia menyatakan kinerja BUMN di sektor perbankan, mineral dan batu bara, energi, hingga telekomunikasi masih memiliki prospek cerah pada tahun ini. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk sektor infrastruktur.
“Di sektor infrastruktur masih kusut. Mereka harus segera bereskan pekerjaan rumah besar yakni restrukturisasi secara fundamental. Sektor pupuk juga masih akan melambat akibat pasokan raw material yang terganggu akibat perang,” pungkasnya.
Dihubungi terpisah, Tim Riset Kiwoom Sekuritas Miftahul Khaer menuturkan bahwa deretan saham BUMN saat ini masih cukup tergerus oleh maraknya sentiment negatif di pasar saham.
Namun, dia memandang pembagian dividen dari sejumlah konstituen indeks BUMN 20 memilik peluang untuk memberikan dampak positif terhadap kinerja saham pelat merah dalam rentang waktu tertentu.
“Terlebih lagi beberapa saham BUMN, seperti ANTM dan PTBA memiliki catatan dividend payout ratio yang cukup bagus,” pungkasnya kepada Bisnis.
Kiwoom Sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk saham ANTM dengan target harga di level Rp1.635 per lembar, sementara PTBA memiliki target harga Rp3.160. Untuk saham BUMN tambang lain seperti TINS direkomendasikan hold dengan target Rp1.095.
Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project, William Hartanto, mengatakan saham BUMN masih memiliki potensi rebound. Namun, saham pelat merah juga berpeluang melemah terbatas akibat tren yang cenderung turun.
“Sell in may sendiri terlihat sudah berjalan dan efeknya paling terasa di sektor perbankan saja,” ujar William kepada Bisnis, Jumat (10/5/2024).
Dia menuturkan fenomena sell in may bisa saja berlanjut, tetapi dengan dampak yang tidak terlampau signifikan. Hal ini terlihat dari kondisi IHSG yang terus bertahan di atas level 7.000, meski tekanan jual cukup besar.
Menurutnya, beberapa saham BUMN yang memiliki peluang rebound dengan tren yang masih terus meningkat adalah PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS), dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO).
“Jadi, ketiga saham ini direkomendasikan beli, sedangkan untuk PT Aneka Tambang Tbk. [ANTM] dan PT Bukit Asam Tbk. [PTBA] direkomendasikan wait and see,” ujarnya.
DIVIDEN BUMN
Sejumlah emiten BUMN menetapkan kebijakan dividen dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Total ada 11 dari 20 konstituen indeks BUMN 20 memutuskan untuk menebar dividen dari laba bersih tahun buku 2023.
Dari jumlah tersebut, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) secara konsisten memosisikan namanya sebagai emiten paling royal kepada pemegang saham.
Selain membagikan dividen terbesar, BBRI juga menahbiskan diri sebagai bank dengan perolehan laba bersih tertinggi sepanjang tahun lalu. Perseroan mengakumulasikan laba Rp60,4 triliun pada 2023, naik 17,5% year-on-year (YoY).
Di posisi berikutnya ada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang menutup performa 2023 dengan raihan laba bersih senilai Rp55,1 triliun, atau melesat 33,7% YoY.
Kinerja positif ini membuat BMRI tercatat sebagai emiten BUMN dengan tebaran dividen terbesar kedua. Perseroan memutuskan menebar dividen Rp33,03 triliun atau setara Rp353,95. Jumlah itu setara 60% dari laba bersih 2023.
-------------
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.