Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lagi-Lagi Rupiah Berakhir Turun ke Rp16.259 Tertekan Dolar AS

Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp16.259 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa (30/8/2024).
Karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp16.259 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa (30/8/2024). 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan dengan melemah 0,02% atau 4 poin ke level US$16.259 per dolar AS. Adapun indeks dolar terpantau naik 0,32% ke level 105,785. 

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak melemah terhadap dolar AS. Yen Jepang naik 0,33%, dolar Singapura turun 0,15%, dolar Taiwan melemah 0,02%, won Korea melemah 0,31%, peso Filipina melemah 0,12%. 

Kemudian rupee India melemah 0,01%, yuan China melemah sebesar 0,18%, ringgit Malaysia melemah 0,08% dan baht Thailand melemah 0,21%. 

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan Indeks dolar naik sekitar 0,3% di perdagangan Asia, karena investor bersiap untuk pertemuan Fed dan kekhawatiran akan suku bunga AS yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama menempatkan dolar pada jalur kenaikan 1,3% di bulan April.

Fokus kini tertuju pada pertemuan Fed akhir pekan ini, di mana bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil. 

“Namun Ketua Fed Jerome Powell diperkirakan akan menawarkan pandangan yang lebih hawkish terhadap suku bunga, terutama menyusul serangkaian pembacaan inflasi yang panas,” kata Ibrahim dalam riset harian, Selasa (30/4/2024). 

Tanda-tanda inflasi yang tinggi membuat sebagian besar pedagang mengabaikan ekspektasi penurunan suku bunga jangka pendek oleh The Fed. 

Ibrahim menyebutkanBank sentral sekarang diperkirakan hanya akan menurunkan suku bunga pada bulan September, atau kuartal keempat, jika memang ada, pada tahun ini.

Data PMI resmi dari Tiongkok menunjukkan aktivitas manufaktur melambat sedikit dari yang diperkirakan pada bulan April dibandingkan bulan Maret. Namun aktivitas non-manufaktur melambat lebih dari yang diperkirakan. 

Di sisi lain, Ibrahim menyebut Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) buka suara soal proyeksi perekonomian Indonesia di tengah masa transisi pemerintahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada Presiden terpilih Prabowo Subianto, bahwa pihaknya melihat adanya lebih banyak penekanan pada kesinambungan kebijakan. 

IMF melihat pertumbuhan ekonomi Tanah Air cukup kuat. IMF memproyeksi perekonomian Indonesia bertumbuh 5% pada 2024 dan 5,1% pada 2025. Fundamental makro Indonesia, baik itu defisit fiskal juga berada di bawah batas atas yang dimiliki. 

Inflasi juga dinilai berada dalam kisaran target. Sehingga, angka 5% merupakan tingkat pertumbuhan yang sangat kuat dan Indonesia telah berkinerja baik, tumbuh sangat dekat dengan potensi selama sekitar satu dekade terakhir.

Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah pada Rabu mendatang (2/5/2024) akan fluktuatif namun ditutup menguat  direntang Rp16.200 - Rp16.300 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper