Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham UNVR Menguat 13,73% Sepekan, Tuah Obat Kuat Rupiah?

Harga saham UNVR telah menguat 13,73% dalam sepekan terakhir hingga Selasa (30/4/2024) pukul 10:46 WIB.
Dionisio Damara Tonce,M. Nurhadi Pratomo
Selasa, 30 April 2024 | 10:54
Benjie Yap, Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR).
Benjie Yap, Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR).

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten produsen barang-barang konsumer, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR), tengah melaju dalam tren positif sepekan terakhir.

Harga saham UNVR dibuka stagnan di Rp2.590 pada awal perdagangan Selasa (30/4/2024). Pergerakan merangkak naik 2,32% ke Rp2.650 hingga pukul 10:46 WIB.

Dengan posisi itu, pergerakan harga saham UNVR tercatat telah menguat 13,73% dalam sepekan terakhir. Kendati demikian, rapor saham UNVR masih mencetak return negatif 24,93% year-to-date (ytd) 2024.

Investment Analyst Lead Stockbit Edi Chandren sebelumnya menuturkan penguatan harga saham konsumer didorong oleh prospek stabilitas kurs rupiah terhadap dolar AS, setelah Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga 0,25 basis poin menjadi 6,25%.

“Penguatan nilai tukar rupiah berpotensi berdampak positif terhadap emiten konsumer, yang notabene banyak melakukan net impor dalam kegiatan operasionalnya guna membeli bahan baku,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (25/4/2024).  

Untuk diketahui, saham UNVR sempat mencuri perhatian dengan menguat 10,46% ke Rp2.640 pada perdagangan Kamis (25/4/2024). Persentase kenaikan itu menjadi yang tertinggi sejak 11 Mei 2022.

Selain penguatan nilai tukar rupiah, meningkatnya ketidakpastian terkait arah pergerakan suku bunga dan eskalasi geopolitik juga berpeluang membuat para pelaku pasar memiliki preferensi terhadap sektor yang defensif, seperti konsumer.

Sebagai informasi, kenaikan BI rate menjadi 6,25% merupakan yang tertinggi sejak Juli 2016. Keputusan itu diambil guna meredam tekanan eksternal karena terjadi pelebaran positif spread dengan imbal hasil instrumen keuangan negara lainnya.

Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan pertimbangan bank sentral mengerek suku bunga bertujuan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak memburuknya risiko global.

Hal itu juga sebagai langkah pencegahan dan forward looking guna memastikan inflasi dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025 sejalan dengan kebijakan moneter yang pro stabilitas. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper