Bisnis.com, JAKARTA — Emiten teknologi PT M Cash Integrasi Tbk. (MCAS) tengah merancang berbagai strategi untuk mendorong penjualan motor listrik merek Volta, di tengah pelemahan nilai tukar rupiah yang telah menembus level psikologis Rp16.000 per dolar AS yang dapat memengaruhi daya beli konsumen.
Direktur MCAS Mohammad Anis mengatakan, di tengah pelemahan rupiah, perseroan masih mengandalkan subsidi dari pemerintah sebesar Rp7 juta per unit untuk mendorong penjualan motor listrik Volta.
"Pastinya subsidi dari pemerintah kami sangat harapkan terus dilakukan, karena dengan adanya subsidi Rp7 juta per motor itu kan pengaruhnya sangat signifikan terhadap penjualan," ujar Anis saat paparan publik MCAS pada Rabu (17/4/2024).
Selain itu, dari sisi eksternal, perseroan akan menambah jumlah diler motor listrik baru di berbagai kota. Sejauh ini, MCAS memiliki sekitar 100 hingga 150 diler Volta, dan rencananya akan ditambah hingga dua kali lipat.
"Untuk ekspansi bisnis energi bersih atau motor listrik, kami menyiapkan anggaran belanja modal atau capex sebesar Rp84 miliar pada tahun 2024," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, tak hanya berfokus ke penambahan diler, namun Volta juga akan meningkatkan layanan purnajual atau aftersales services untuk konsumen.
Baca Juga
Tak hanya itu, di segmen korporasi, MCAS juga memperkuat kerja sama di segmen business-to-business (B2B) untuk penyewaan motor listrik, misalnya dengan PT Blue Bird Tbk. (BIRD), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO), inDrive hingga Shopee Food.
"Itu adalah beberapa strategi kami untuk mendorong penjualan motor listrik agar menjadi lebih baik pada tahun 2024," pungkasnya.
Alhasil, MCAS membidik populasi motor listrik Volta naik dua kali lipat menjadi sekitar 34.000 unit pada 2024 dibandingkan tahun 2023 sekitar 16.000 unit. Stasiun penukaran baterai pun juga ditarget ditambah dari semula 295 titik menjadi 458 titik.
Menilik kinerja keuangannya, MCAS membukukan laba neto tahun berjalan sebesar Rp2,86 miliar pada 2023, atau ambles 92,95% secara year-on-year (YoY) dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp40,64 miliar.
Pendapatan MCAS juga turun 5,01% menjadi sebesar Rp11,69 triliun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp12,31 triliun.
Secara terperinci berdasarkan segmen, pendapatan MCAS ditopang dari agregator produk digital sebesar Rp9,1 triliun, disusul penjualan produk dan jasa digital sebesar Rp5,29 triliun, serta iklan berbasis cloud digital sebesar Rp214,19 miliar.
Selanjutnya, produk dan layanan energi bersih menyumbang sebesar Rp156,5 miliar, lalu layanan software sebesar Rp75,24 miliar, penjualan grosir digital sebesar Rp47,55 miliar, serta konten dan hiburan Rp1,1 miliar. Penjualan itu dikurangi biaya eliminasi Rp3,19 triliun.