Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup ambruk ke level Rp16.175,5 pada perdagangan perdana usai libur lebaran, Selasa (16/4/2024). Rupiah melemah bersama mayoritas mata uang Asia lainnya.
Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 2,07% ke Rp16.175,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,08% ke 106,29.
Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia ditutup bervariasi. Yen Jepang turun 0,10%, dolar Singapura turun 0,12%, dolar Taiwan turun 0,36%, won Korea Selatan turun 0,77%, dan peso Filipina turun 0,31%.
Kemudian rupee India turun 0,09%, yuan China melemah 0,02%, ringgit Malaysia melemah 0,29%, dan baht Thailand naik 0,25%.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan salah satu penyebab penguatan indeks dolar adalah karena menguatnya data ekonomi AS, salah satunya data penjualan ritel yang naik 0,7% dari bulan lalu.
Di sisi lain, lanjut dia, inflasi AS yang masih cukup tinggi membuat Bank Sentral Amerika Federal Reserve ragu-ragu mengambil langkah untuk menurunkan suku bunga atau mempertahankan suku bunga.
Baca Juga
Ibrahim memperkirakan The Fed bisa saja menaikkan suku bunga karena eskalasi konflik yang tinggi di timur tengah.
Di sisi lain, kata dia, komentar dari pejabat The Fed yang mengatakan kemungkinan besar The Fed tidak akan menurunkan suku bunga di semester II/2024 atau hanya menurunkan 25 bps membuat indeks dolar kembali mengalami penguatan.
Dari Timur Tengah, lanjut Ibrahim, Kementerian Perang di Israel memberikan pernyataan di akhir pekan Israel akan melakukan serangan balik ke Iran. Ibrahim memperkirakan hal ini membuat indeks dolar akan menuju 110-112, yang merupakan level tertinggi sepanjang masa yang ditakutkan pasar.
"Dampaknya apa ke Indonesia? Ini akan membuat harga minyak mentah mengalami kenaikan sampai US$100 per barrel dan ini akan membuat impor minyak Indonesia membengkak. Indonesia adalah salah satu importir minyak mentah terbesar di Asia," kata Ibrahim, Selasa (16/4/2024).
Dampak kedua, kata Ibrahim, intervensi BI di pasar DNDF kemungkinan besar tidak akan cukup kuat menahan laju pelemahan rupiah, sehingga di akhir bulan ini BI harus menaikkan suku bunga 25 bps untuk menstabilkan rupiah.
Kemudian, lanjutnya, pemerintah juga harus melakukan intervensi melalui operasi pasar karena harga bahan pokok yang mengalami kenaikan perlu distabilkan.
Akan tetapi, lanjutnya, Indonesia juga akan diuntungkan karena AS memberikan sanksi ke Rusia tidak boleh melakukan ekspor komoditas. Hal ini membuat harga-harga komoditas melonjak tinggi dan ini akan dinikmati Indonesia.
Peningkatan harga komoditas seperti CPO, batu bara, nikel, dan timah ini akan membuat neraca perdagangan Indonesia cukup baik. Menurut Ibrahim hal ini akan menahan laju penguatan indeks dolar.
Adapun untuk perdagangan besok, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah masih akan ditutup melemah pada rentang Rp16.160-Rp16.250 per dolar AS.