Bisnis.com, JAKARTA -- Harga emas kembali meningkat pada pekan ini di tengah memanasnya serangan Iran ke Israel. Beberapa emiten emas di pasar modal seperti ANTM, AMMN, hingga HRTA diperkirakan dapat diuntungkan dengan kenaikan harga emas ini.
Melansir Reuters, harga emas naik di atas US$2.400 per ons ke rekor tertinggi sepanjang masa pada hari Jumat (12/4/2024). Kenaikan harga ini karena ketegangan yang meningkat di Timur Tengah, mendorong investor untuk mencari perlindungan dalam aset-aset yang aman atau safe haven.
"Emas terus mengalami kenaikan yang kuat, hal itu sangat mengindikasikan permintaan aset aman yang kuat," kata Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals.
Serangan yang dilaporkan akan segera dilakukan oleh Iran terhadap Israel adalah ancaman nyata dan bisa dilakukan, kata Gedung Putih.
"Emas terus menunjukkan kekuatannya karena kita menyaksikan ketakutan kehilangan peluang yang jelas," kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, dalam sebuah catatan.
Sementara itu, Goldman Sachs meningkatkan proyeksi harga emas akhir tahunnya menjadi US$2.700 per ons dari US$2.300, dengan alasan bullishnya harga komoditas logam tidak terpengaruh terhadap faktor makro biasa.
Baca Juga
Berikut adalah beberapa emiten emas yang tercatat di pasar modal.
1. PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM)
Emiten emas ANTM atau Antam mencatatkan penurunan pendapatan dan laba bersih sepanjang tahun 2023. laba bersih Antam turun 19,45% secara year-on-year (YoY) menjadi Rp3,07 triliun pada 2023, dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp3,82 triliun.
Turunnya laba bersih ANTM sejalan dengan penjualan yang merosot 10,63% menjadi Rp41,04 triliun 2023, dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp45,93 triliun.
Produk emas menjadi kontributor terbesar penjualan ANTM dengan proporsi 64% terhadap total penjualan ANTM dengan nilai penjualan sebesar Rp26,12 triliun. Pada tahun penuh 2023, ANTM mencatatkan total volume produksi logam emas dari tambang ANTM sebesar 1,21 ton, dengan penjualan logam emas sepanjang 2023 mencapai 26,13 ton.
2. PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA)
HRTA menjadi salah satu emiten emas yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). HRTA mencatatkan penjualan sebesar Rp12,85 triliun sepanjang 2023, melambung 85,35% dibandingkan tahun 2022 sebesar Rp6,91 triliun.
Laba bersih HRTA pun melonjak 20,62% menjadi Rp305,8 miliar pada 2023, naik dari tahun 2022 sebesar Rp253,5 miliar.
Di tahun ini, HRTA menargetkan pertumbuhan 30% dan laba bersih sebesar 15% sepanjang tahun 2024. Kinerja tersebut akan ditopang oleh penjualan dalam negeri sebesar 60% dan ekspor sebesar 40%.
HRTA juga akan memperluas jejak ritelnya tahun ini, dengan target ekspansi dari 83 gerai di tahun 2023 menjadi minimal 100 gerai di akhir tahun 2024.
3. PT Archi Indonesia Tbk. (ARCI)
Archi Indonesia menjadi salah satu produsen emas di Indonesia. Hingga kini, ARCI tercatat belum mengeluarkan laporan kinerja sepanjang 2023.
Akan tetapi, pada 9 bulan 2023 ARCI mencatatkan pendapatan konsolidasian mencapai US$165,6 juta, atau lebih rendah 30% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar US$236,5 juta.
Hal ini disebabkan terutama oleh volume penjualan emas yang lebih rendah 31% menjadi sebesar 87,8 kilo ons dibanding dengan 127,8 kilo ons pada periode yang sama tahun sebelumnya.
4. PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA)
Merdeka Copper Gold (MDKA) mencatatkan produksi emas mencapai 138.666 ounce dengan biaya tunai sebesar US$842 per troy ounce.
Selama tahun tersebut, harga jual rata-rata emas adalah US$1.939 per troy ounce. Pada kuartal IV/2023, MDKA memproduksi 29.507 troy ounce emas dengan harga jual rata-rata US$1.931 per troy ounce.
5. PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN)
AMMN menargetkan produksi emas menembus 1 juta ons pada tahun 2024. Target ini naik lebih dari dua kali lipat dari realisasi produksi emas tahun 2023 sebesar 463.000 ons.
Sebagai informasi, pada 2023 produksi emas oleh AMMN mencapai 463.000 ons, mengalami penurunan sebesar 37% dari jumlah produksi pada tahun 2022 yang mencapai 731.000 ons.
Penjualan emas juga mengalami penurunan sebesar 35%, menjadi 455 kilo ons dari 703 kilo ons pada tahun sebelumnya. Meski penjualan menurun, harga jual emas meningkat mencapai US$1.948 per ons, naik dri US$1.737 per ons pada tahun sebelumnya.
Adapun pada 2023, AMMN membukukan penurunan penjualan menjadi US$2,03 miliar atau setara dengan Rp31,27 triliun. Capaian tersebut 28,15% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$2,83 miliar.
Laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk AMMN juga tercatat turun menjadi US$252,14 juta atau setara Rp3,87 triliun. Laba bersih AMMN anjlok 76,94% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$1,09 miliar.
6. PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS)
BRMS membukukan kenaikan pendapatan hingga 301% menjadi US$46,63 juta atau setara dengan Rp720,02 miliar sepanjang 2023
BRMS membukukan laba bersih sebesar US$14,2 juta di 2023, naik 4% dari laba bersih sebesar US$13,7 juta di 2022.
BRMS juga mencatatkan produksi emas sepanjang 2023 sebesar 23.270 troy ounce atau naik 330% dibandingkan dengan produksi 2022 sebesar 5.415 troy ounce. Adapun untuk ASP, penjualan emas BRMS memiliki harga jual sebesar US$1.930 per troy ounce atau naik 8% dibandingkan dengan ASP 2022 sebesar US$1.795 per troy ounce.