Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS naik ke level tertinggi sejak November 2023 didorong oleh permintaan safe-haven di tengah ketegangan geopolitik di Timur Tengah serta meningkatnya perbedaan dalam kebijakan moneter antara Federal Reserve (The Fed) dan bank sentral utama lainnya pada Jumat (13/4/2024).
Sementara itu, indeks dolar berada di jalur untuk membukukan persentase kenaikan mingguan terbesar sejak September 2022. Indeks terakhir naik 0,7% pada level 106,02.
“Kita menghadapi berbagai hal yang mendorong dolar: risiko geopolitik meningkat, data AS yang hawkish dalam hal inflasi, dan laporan ketenagakerjaan yang kuat minggu lalu. Risiko geopolitik, khususnya, meningkatkan volatilitas di pasar,” kata Brad Bechtel, kepala FX global di Jefferies di New York.
Adapun Israel pada Jumat menunggu serangan oleh Iran atau proksinya, seiring meningkatnya peringatan akan adanya pembalasan atas pembunuhan seorang perwira senior di kedutaan Iran di Damaskus pekan lalu.
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menuduh Israel melakukan pembunuhan tersebut dan mengatakan Israel "harus dihukum dan harus dihukum" karena operasi yang menurutnya setara dengan serangan terhadap wilayah Iran.
Di sisi lain, ekspektasi terhadap The Fed adalah akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi hingga akhir tahun ini. Data ekonomi AS baru-baru ini mengenai pasar tenaga kerja dan inflasi telah menyebabkan ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed kembali tertahan.
Baca Juga
Ekspektasi pemotongan setidaknya 25 basis poin pada bulan Juni telah menyusut menjadi 26%, turun dari 50,8%% pada minggu lalu, menurut FedWatch Tool CME. Suku bunga berjangka AS kini memperkirakan peluang sebesar 77% untuk penurunan suku bunga pertama yang dilakukan pada September.
Hal ini menempatkan The Fed berbeda dengan Bank Sentral Eropa, yang pada hari Kamis mengisyaratkan akan mulai menurunkan suku bunganya pada bulan Juni.
Perbedaan ekspektasi suku bunga telah memperlebar kesenjangan antara imbal hasil obligasi AS dan zona euro Jerman, mencapai level tertinggi sejak 2019. Hal ini membuat obligasi AS lebih menarik dan mendorong dolar.
Data ekonomi pada hari Jumat menunjukkan harga impor AS meningkat untuk bulan ketiga berturut-turut pada bulan Maret di tengah kenaikan biaya produk energi dan makanan, namun tekanan inflasi impor tidak terlalu besar.
Survei terpisah dari University of Michigan menunjukkan pembacaan awal sentimen konsumen AS melemah pada April sementara ekspektasi inflasi untuk 12 bulan ke depan dan seterusnya meningkat.