Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas kini sedang kembali menanjak untuk mencapai rekor baru. Sementara itu, harga minyak juga tetap bertahan di US$85 per barel.
Berdasarkan data Bloomberg yang dikutip Jumat (12/4/2024), harga emas spot telah menguat 0,14% atau 3,33 poin ke US$2.375,85 per troy ounce pada pukul 07.08 WIB. Kemudian, harga emas Comex kontrak Juni 2024 juga menguat 0,89% atau 21,20 poin ke US$2.393,90 per troy ounce pada pukul 6.58 WIB.
Harga emas kini sedang menanjak ke rekor baru. Adapun, rincian dalam laporan Indeks Harga Produsen memberikan sedikit ketenangan bagi investor yang cemas akan kembali meningkatnya inflasi.
“Secara keseluruhan, obligasi AS diperdagangkan seolah-olah kenaikan suku bunga The Fed akan segera terjadi, sementara emas diperdagangkan seolah-olah The Fed masih dalam mode penurunan suku bunga, sehingga setiap laporan dovish ke depan akan menjadi bahan bakar untuk mempercepat tren kenaikan yang sudah ada,” jelas kepala strategi logam di MKS PAMP SA yang berbasis di Jenewa, Nicky Shiels.
Adapun, meningkatnya risiko geopolitik di Timur Tengah dan Ukraina, dan pembelian oleh bank sentral yang dipimpin oleh China, telah menambah momentum bullish pada logam mulia.
Kepala strategi komoditas di Saxo Bank AS, Ole Hansen, juga mengatakan bahwa kekuatan emas didukung oleh minat kuat dari investor yang mencari proteksi terhadap risiko pasar keuangan.
Baca Juga
Harga Minyak Mentah
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2024 menguat 0,56% atau 0,48 poin menjadi US$85,50 per barel pada pukul 07.02 WIB. Harga minyak Brent kontrak Juni 2024 juga menguat 0,46% atau 0,41 poin ke US$90,15 per barel.
Harga minyak bertahan di atas US$85 per barel di tengah AS dan sekutunya bersiap untuk menghadapi kemungkinan serangan Iran atas Israel sebagai balasan atas serangan minggu lalu di Suriah.
Faktor tambahan yang menekan adalah inflasi tinggi di AS, yang bisa menunda pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve.
Minyak naik sekitar 19% tahun ini karena ketegangan geopolitik dan pemotongan pasokan OPEC+. Grup produsen ini juga menyatakan perlunya pemantauan ketat pasar minyak selama musim panas, saat permintaan diprediksi melonjak.
Banyak pedagang top dunia dan bank-bank Wall Street telah beralih ke pandangan bullish, beberapa memprediksi harga acuan global, Brent, kembali ke US$100 per barel. Namun, Macquarie Group menyebut Brent akan berada dalam pasar yang lesu di paruh kedua tahun ini, dengan kenaikan baru-baru ini mungkin tidak akan bertahan jika peristiwa geopolitik tidak menyebabkan gangguan pasokan yang sebenarnya.